Selasa, 15 September 2009

CERNAK

PERTAMA KALI DHEA TIDUR SENDIRI
Oleh : Gunarso



Pesta ulang tahun Dhea baru saja berakhir, teman-temannya sudah pulang dengan membawa bingkisan ulang tahun yang telah disediakan. Kue ulang tahun dengan lilin bertuliskan angka 9 ditengahnya sudah tinggal lilinnya saja untuk disimpan sebagai kenang-kenangan. Bingkisan ulang tahun yang berisi aneka makanan kecil dan mainan sebagai hadiah sudah tidak tersisa, sudah habis dibagikan kepada tamu-tamunya yang datang mengucapkan selamat ulang tahun baginya.

Dhea ikut membantu membersihkan dan membereskan ruang tamu setelah dipakai untuk pesta ulang tahun.


Masih terngiang di telinga Dhea ketika papa mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya dengan membisikkan suatu kalimat yang masih diingatnya “Selamat ulang tahun Dhea, kamu sudah besar sekarang, sudah semakin dewasa. Mudah-mudahan kamu menjadi anak yang pinter, berbakti kepada orang tua dan agama”.

Dhea mendapat hadiah yang sangat itimewa dari papa dan mama, yaitu sebuah kamar sendiri. Kamar itu tadinya tidak terpakai dan hanya dipakai sebagai gudang, kadang-kadang dipakai juga untuk kamar tamu, kalau ada tamu yang menginap. Kini telah menjadi milik Dhea, dengan foto dirinya terpajang di salah satu dinding kamarnya. Hadiah-hadiah ulang tahun dari teman-temannya sebagian masih teronggok di sudut kamarnya. Hadiah yang berupa hiasan dinding sebagian sudah ditempel di sana-sini. Pada saat mengatur dan menempel hiasan itu mama-papa nya membantu.


Malam itu Dhea merasa lelah namun ia puas. Didampingi berbagai macam boneka-boneka kesayangannya, sambil berbaring terus menerus memandang satu persatu perabotan yang ada di ruangan itu.


Kamar itu tidak luas benar tetapi cukup nyaman untuk ditempati. Ada lemari pakaian, meja belajar, ada lemari kecil yag berfungsi sebagai rak tempat buku-buku sekolah dan benda-benda kesayangan lainnya dan tentu saja tempat tidur yang lembut. Semua diyukuri oleh Dhea.


Rak buku pelajaran dan tempat benda-benda kesayangannya adalah hadiah dari papa-mama pada saat Dhea mendapat ranking kesatu disaat kenaikan kelasnya yang terakhir.


Foto setengah badan ukuran kartu pos terpajang di salah satu bagian rak buku belajarnya. Kelihatannya lucu sekali. Pipinya yang montok itu dulu sering membuat bu Rani, guru TK-nya, gemas dan sering mencubit. Dhea tersenyum geli mengingatnya sambil memegang pipinya yang sudah tidak montok lagi.


Di samping foto itu, atas inisiatif Dhea diletakkan boneka beruang kesukaannya yang dibeli dengan hasil tabungannya di sekolah waktu kenaikan kelas yang terakhir.


Ada jam dinding kesayangan Dhea dengan gambar salah satu tokoh kartun kesayangannya. Dulu jam dinding itu ditempel di salah satu dinding ruang keluarga. Jam dinding itu adalah pemberian nenek ketika berkunjung dan menginap, Dhea sering tidur bersama neneknya disini kalau menginap, ya di kamar ini. Nenek suka berceritera tentang masa kecilnya yang bahagia kepada Dhea. Dan Dhea senang mendengar ceritera nenek yang selalu membuat dirinya ikut berbahagia.


Neneknya seakan tahu bahwa ia menyukai tokoh kartun yang satu itu. Tokoh kartun itu selalu memandangnya dengan ramah dimanapun dia berada.


Dhea sebenarnya sudah merasa mengantuk, tetapi ia masih senang melihat-lihat sambil mengenang benda-benda yang disukainya itu.


Dan. Oh… ada bola di bawah kolong meja belajarnya. Apakah Dhea suka bermain bola ?. Dhea lagi-lagi tersenyum. Dasar anak laki-laki, pikirnya. Itu adalah pemberian kak Seto, saudara sepupunya, hari Minggu lalu. Kak Seto dan ayahnya kemari khusus untuk mengucapkan ulang tahunnya itu. Soalnya pada hari ulang tahunnya ia tidak bisa hadir karena harus mengikuti lomba membaca bahasa Inggris di tempat kursusnya. Dhea mengucapkan terima kasih dan menghargai pemberian kak Seto tersebut. Bola itu tetap disimpan sebagai kenang-kenangan.


Sambil tetap berbaring ia memandandang apa yang tepajang di rak bukunya. Buku-buku bacaan dari teman-temannya sudah tersusun dengan rapi. Belum sempat dibaca. Dhea sengaja menahannya untuk tidak membacanya dahulu sampai tiba waktunya hari libur. Ada juga alat-alat lukis dan gambar seperti krayon, cat air dan pensil warna tetap disimpannya dengan rapi. Dan banyak sekali hadiah dari teman-temannya. Atas anjuran papa hadian-hadiah yang belum digunakan supaya disimpan dahulu sampai suatu saat ia membutuhkannya.


Dhea senang sekali malam itu, tidak terasa jam di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. Rasa kantuknya sudah tidak dapat ditahan lagi. Dan boneka beruang besar yang menungguinya dengan sabar di sebelahnya ia peluk erat-erat sebelumnya akhirnya Dhea tertidur dengan mulut tersenyum.


Untuk pertama kalinya Dhea tidur di kamar sendiri tidak ditemani mama dan papa. Tidak merasa takut karena Dhea hanya memikirkan hal-hal yang menyenangkan, tidak memikirkan hal-hal yang menakutkan.

Senin, 07 September 2009

OLEH-OLEH DARI JERMAN


Oleh : Gunarso



PERJALANAN KE LUAR NEGERI

Perjalanan saya beserta keluarga (isteri dan kedua anak saya Gelang dan Okti) ke Frankfurt AM kali ini adalah untuk kali pertama kami ke luar negeri. Perjalanan itu pada mulanya tidak memberinya kesan yang bagus. Dari jadwal pemberangkatan pukul 21.00 WIB ternyata diundur sampai satu jam lebih, keterlambatan totalnya adalah sekitar 12 jam perjalanan ke Frankfurt (Kota Frankfurt di Jerman memang ada dua, yaitu Frankfurt Am Main, maksudnya di tepi sungai Main, yang kami kunjungi itu dan Frankfurt, tanpa AM, yang berlokasi di Jerman bagian Timur Laut. Dalam tulisan berikutnya yang dimaksudkan dengan Frankfurt adalah Frankfurt AM).

Take Off pesawat yang tertunda sampai 1 jam lebih dari bandara Soekarno Hatta memang membuat hati ini tidak merasa nyaman. Bahkan ketika pesawat berhasil lepas landaspun, sebenarnya masih diliputi keragu-raguan yang saya sendiri tidak tahu disebabkan karena apa. Pramugari yang dengan gesit menyajikan minuman dan makanan ringan, jujur saja, masih belum mampu mengusir ketidaknyamanan dalam penerbangan ini. Melintasi laut Sunda pesawat Boeing 747 Garuda Indonesia yang berkapasitas sekitar 400 orang itu masih berjalan mulus diatas awan dengan ketinggian 10.000 meter diatas permukaan laut.

Tepat di atas Sumatera Barat, pilot mengumumkan bahwa pesawat dengan terpaksa akan kembali ke Bandara Soekarno Hatta karena gangguan mesin. Benar saja firasat saya, pikir saya. Perjalanan waktu itu baru berjalan sekitar 30 menit. Perjalanan kembali ke Jakarta dengan salah satu mesin mati, karena kelihaian sang pilot menjadi tidak terasa aneh.

Tidak kali ini saja saya mengalami gangguan yang menyebabkan pesawat kembali ke landasan tempat asal. Dalam rangka mudik lebaran tahun 1998. Setiba di atas Bandara di Yogyakarta, tiba-tiba cuaca berkabut, setelah pesawat berputar-putar dan berusaha dipaksakan turun di landasan Adi Sucipto sebanyak tiga kali, akhirnya diputuskan bahwa pesawat tidak bisa mendarat dengan cuaca seperti itu dan kembali lagi ke Jakarta menunggu cuaca baik.

Hampir 2 jam kami menunggu perbaikan mesin di ruang tunggu. Setelah selesai kami diberitahukan untuk kembali memasuki pesawat yang akan kembali meneruskan perjalanan menuju Singapura untuk selanjutnya langsung ke Frankfurt.

Perasaan lapar sudah mulai mengganggu perut kami. Apalagi Gelang dan Okti, yang sejak sore belum sempat makan malam yang benar. Karena perjalanan kami dari rumah memang sudah dari jam 5 sore.

Setelah mencari-cari kantin yang buka bersama ibunya. Akhirnya menemukan juga lokasi catering yang melayani perjalanan kami. Lumayan juga, untuk mengisi perut agar tidak masuk angin, apalagi dengan cuma-cuma, alias tidak mau dibayar.


BERMALAM DI SINGAPURA

Lepas landas yang kedua kali ini (sekitar jam 12 malam) berjalan mulus bahkan sampai di Bandara Changi Singapura, sesuai dengan jadwal. Namun kami sebenarnya merasa rugi karena sampai di Changi sudah dini hari (sekitar jam 03.00 pagi). Bandara yang terdiri dari tiga lantai ini terkesan sangat modern dan luas , setiap sudut terdapat TV Flat Hitachi type terbaru ukuran 39 Inc. Dilengkapi dengan pertokoan dan super market yang mewah, tetapi itu sudah sepi.

Kami tidak bisa melihat-lihat pertokoan itu. Beberapa orang saja yang sedang sibuk, seperti para pekerja keturunan India yang tengah bertugas sebagai perawatan gedung, atau hanya melakukan pembersihan saja.

Transit selama 40 menit, memang tidak banyak yang bisa dikerjakan. Apalagi dalam keadaan toko-toko tutup, sehingga untuk melihat-lihatpun tidak ada obyeknya. Kami hanya berkeliling saja sambil mengagumi kemegahan Bandara Changi yang modern ini.

Setelah waktu yang disediakan selesai kami segera ke ruang tunggu untuk menunggu panggilan memasuki pesawat. Namun sampai dengan satu jam belum ada tanda-tanda penumpang untuk boarding.

Tidak lama kemudian ada pengumuman bahwa pesawat masih dalam perbaikan. Para penumpang akan diberikan tempat untuk beristirahat di berbagai hotel di Singapura.

Dengan sigap petugas-petugas segera mengatur perjalanan kami ke Hotel, antara lain dengan memberikan dan menempelkan sticker yang menunjukkan bahwa kami adalah penumpang penerbangan yang tertunda pada ujung kerah baju.

Lalu petugas lain membimbing para penumpang menuju bus-bus dan alat angkut lain yang nampaknya sudah dipersiapkan dengan cepat. Sebagaian menggunakan bus-bus yang siaga dan lainnya menggunakan taksi-taksi yang mangkal di situ.

Kami sekeluarga diantar dengan menggunakan taksi ke Copthorne Orchid Hotel, salah satu hotel bintang 5 di Singapura yang lumayan nyaman. Setelah sampai supir taksi segera mengurus sesuatu ke manajemen Hotel dan setelah berpamitan kepada kami dengan sopan iapun berlalu. Kami tidak usah repot-repot mengeluarkan ongkos angkut yang memang bukan kewajiban kami.

Kami beristirahat dengan nyaman di hotel berbintang itu, sambil menunggu pengumuman kapan pesawat selesai diperbaiki. Kami ditempatkan pada kamar ukuran keluarga (satu tempat tidur besar dan satu unit tempat tidur tingkat untuk dua orang). Badan terasa letih dan mengantuk, tetapi kami tidak bisa tidur dengan nyenyak. Karena segala perlengkapan seperti baju ganti, semuanya ada di bagasi. Kami hanya membawa baju hangat saja. Setelah mandi air hangat sepuasnya kami agak merasa nyaman. Apalagi sarapan berupa roti bakar hangat, jus jeruk dan buah sudah cukup disajikan di dalam kamar.


Jam dua belas siang kami makan siang di hotel (semuanya atas beban perusahaan penerbangan) dengan selera sedikit Indonesia, mungkin karena kebanyakan penumpang penerbangan ini adalah dari Indonesia.

Waktu yang 12 jam tersebut terbuang dengan sia-sia di Singapura. Tidak bisa berbuat banyak memang, di samping kami tidak sedia dollar Singapura, juga waktu yang belum bisa ditentukan inilah yang bagi kami tidak bisa ke mana-mana. Hanya di lingkungan hotel saja. Cuaca yang tidak mendukung pun melengkapi keengganan kami berjalan-jalan keluar hotel atau keliling kota. Memang sedang musim hujan di Singapura.


Akhirnya setelah makan siang, kami mendapat informasi bahwa pesawat sudah selesai diperbaiki dan akan terbang meneruskan perjalanan ke Frankfurt jam 3 sore waktu Singapura.

Jam 2 siang kami sudah siap di ruang tunggu setelah selesai pemeriksaan imigrasi dan lain-lain. Seperti biasa, karena kami membawa anak-anak, selalu didahulukan, seperti memasuki bus-bus, pesawat, tempat keramaian dan lain-lain. Akhirnya pukul 3 sore tepat pesawat Boeing 747 seri 200 Garuda Indonesia segera berangkat langsung menuju Frankfurt. Perjalanan ini memakan waktu 11 jam. Sejak pesawat melintasi lautan sebelah Selatan India, baru udara dingin mulai menusuk tulang. Suhu di luar pesawat terukur 30 derajad Celsius di bawah nol. Untung kita sudah sedia jaket tebal, melengkapi selimut yang tersedia. Tiap jam pramugari keliling menawarkan minuman ringan dan kue-kue pengganjal perut.

Pesawat mendarat di Flughaven Frankfurt (Bandara) tepat pukul 9 malam waktu Frankfurt (beda waktu dengan WIB adalah 7 jam). Karena waktu itu sudah memasuki musim panas, jadi pada pukul 9 malam matahari belum sempurna tenggelam. Suhu waktu itu adalah 9 derajat Celsius, cukup sejuk. Flughaven merupakan pintu gerbang untuk memasuki Eropa. Terdiri dari dua terminal, terminal II masih belum dipakai karena baru selesai dibangun.

Stasiun kereta api (AiRail Terminal Frankfurt Airport) yang akan memadukan alat transportasi udara dan train, walaupun sudah selesai tetapi belum dibuka, rencana pembukaan seminggu lagi (30 Mei 1999). Penumpang pesawat yang akan berganti naik kereta ke wilayah lain di Eropa tidak usah lagi ke Stasiun Pusat di Frankfurt (Haupbahnhauf).

Kami berjalan mengikuti rombongan keluar pesawat ke ruang pengambilan barang. Tidak berapa lama barang barang bawaan saya muncul dari bawah lantai dengan sensor yang canggih, sehingga ruang yang tidak terlalu lebar dapat mengatur perjalanan koper-koper secara efisien dan rapih. Kembali saya sekeluarga mendapat pelayanan yang baik oleh pihak imigrasi, koper dan bawaan saya tidak digeledah sebagaimana dilakukan terhadap penumpang lain, mungkin karena saya membawa keluarga sehingga mendapat perlakuan yang baik dari imigrasi yang trkenal angker. Sepanjang perjalanan keluar Airport sepintas saya melihat keadaan Bandara yang sudah tua namun tampak bersih, dan terawat. Kalah modern dengan Bandara Changi di Singapura.

Di ruang penjemputan saya sudah ditunggu oleh kakak saya, bersama sama saya diantar dengan taksi. Ke tempat tinggal kakak saya yang sedang bertugas sementara di PT Garuda Indonesia yaitu sebuah flat yang cukup luas dan untuk ukuran Indonesia termasuk mewah di Jalan Westendplats – Frankfurt AM.

Dari bandara ke Westendplat sekitar 30 menit perjalanan.

Untungnya melakukan perjalanan di Eropa pada musim panas adalah bahwa matahari bersinar lebih lama, sehingga sampai dengan pukul sembilan malampun masih kelihatan sore. Meskipun demikian udaranya sejuk, sehingga tidak mudah membuat badan berasa capek sedikitpun walaupun perjalanan banyak dilakukan dengan berjalan kaki.
Okti segera melepaskan rindunya dengan Meita sedang Gelang langsung terlibat canda dengan Aldi. Aldi dan Meita adalah anak kedua dan ketiga kakak saya, sedangkan anak ketiga tinggal di Denhaag – Belanda satu-satunya sekolah Indonesia di Eropa, kebetulan juga tidak sedang libur sekolah.


OBYEK WISATA

Hari pertama, hari Sabtu, kami diajak berjalan-jalan ke Romerberg, pusat kota Frankfurt, kota tua abad 17 yang bebas dari bumi hangus tentara sekutu pada perang dunia ke 2. Bangunan bekas balaikota merupakan salah satu bangunan kuno, gedung empat lantai merupakan bangunan dengan perpaduan kayu dan tembok. Semuanya masih tampak terawat dengan baik. Wajar sekali apabila tempat ini dijadikan tempat pariwisata bagi orang dari luar Jerman yang mengagumi keanggunan bangungan bangsa Jerman pada waktu lalu.

Eiserner Steg, sebuah jembatan dari baja yang melintasi sungai Main, yang membelah kota Frankfurt, juga menjadi tempat wisata di sekitar Romerberg kuno. Jembatan ini lebih sebagai peninggalan sejarah saja. Dikhususkan bagi pejalan kaki yang dari Romer ke arah Museumsufer yang ada di jalan Schaumainkai. Dikedua sisi Eiserner Stieg ini, ada jembatan modern yang cukup besar Alte Brucke di sebelah Timur dan di sebelah Barat Untermain Brucke.

Ada lagi obyek wisata yang jarang dijumpai di kota-kota lain ialah pasar loak di sepanjang pinggiran sungai Main. Tepatnya di Schaumainkai itu. Dari mulai benda-benda bekas sampai dengan benda-benda antik bisa dijumpai di sini dari mulai Gitar antik, radio antik, keramik dan lain-lain. Harganya pun bisa ditawar.

Gereja St. Leonard (1829) adalah bangunan kuno yang masih aktif digunakan untuk acara-acara keagamaan, namun demikian bagi pengunjung yang hanya ingin melihat interior bangunan ini juga dipersilahkan dengan bebas. Patung tokoh-tokoh kota dan pendiri gereja masih terukir dengan bagus. Dengan lonceng di atas menara yang tingginya bisa mencapai 75 meter menghasilkan gaung yang menggetarkan seluruh isi bangunan dan di luar gereja apabila dibunyikan. Kami terkejut mendengar suara lonceng itu ketika masih berada di dalam gereja itu.

Sentrum kota yang baru adalah tepat di samping kota kuno Romerberg ini. bangunan pertokoan yang serba baru berdiri megah di sana. Toko-toko sudah mulai menggelar meja-kursi dihalaman pertokoan mereka untuk persiapan kafe musim panas. Pengamen dengan lincahnya memainkan alat-alat musik yang mangkal di ujung jalan menambah semaraknya kota menyambut datangnya musim panas. Yang paling lengkap dan besar adalah pasar swalayan Hertie.

Tempat ini memang diperuntukkan untuk jalan-jalan, mobil dan motor tidak diperkenankan memasuki areal ini. Burung merpati yang jinak masih banyak terdapat disana, mereka akan berkumpul kalau kita jongkok menebarkan roti ke arahnya.

Gelang dan Okti sangat senang memberi makan burung-burung itu dengan potongan roti. Meskipun harus berbagi dengan roti kesayangannya Hot Dog yang baru saja dapat traktiran makan siang.

Sewaktu kami jalan-jalan disana sempat menyaksikan sekelompok musikus jalanan yang sedang mempertontonkan kebolehannya. Masing-masing berpenampilan seperti badut tetapi mereka memainkan musik dengan bagus. Ada yang memainkan drum, terompet gitar dan lain-lainnya.

Gedung parkir yang berkapasitas ribuan mobil selalu ramai dan tidak pernah sepi. Namun demikian tidak terlihat seorang petugaspun di sana. Semuanya dengan menggunakan mesin, tidak ada penjaga parkir disitu. Mengambil karcis dan pembayaran dilakukan dengan mesin. Pintu parkir akan otomatis terbuka apabila uang parkir sudah dibayar dengan cukup. Sebelum masuk gedung parkir ada informasi jumlah ruang parkir yang kosong.

Di tengah-tengah bangunan parkir ini, masih ada peninggalan bersejarah berupa pondasi puri yang bernama Carolingian Koenigspfalz yang masih dijaga dan dilestarikan. Dengan luas sekitar 50 x 50 meter, terdapat onggokan batu-batuan yang tersusun mirip sebuah bekas bangunan semacam kerajaan yang pernah ada di kota itu.pernah ada di kota itu. Situs ini baru ditemukan pada tahun 1953.

Untuk jalan-jalan di sana harus disiapkan uang receh untuk buang air kecil dibutuhkan dengan tarif 50 penny (100 penny = 1 DM = 0.50 uero) , meskipun ada juga toilet umum yang gratis.


MUSEUM SANGENBERG

15 menit perjalanan kereta bawah tanah dari Romer adalah sebuah museum biologi Sangenberg. Beribu-ribu jenis satwa yang telah mati dan diawetkan disimpan di sini. Dari mulai bangkai binatang yang sudah mati seperti kucing, ular, bermacam-macam burung, bermacam-macam jenis rusa, dan bermacam-macam jenis hewan langka lainnya dapat ditemui disini. Seekor ular Anakonda yang diawetkan sedang memakan babi hutan sempat mendapat perhatian yang cukup banyak dari pengunjung.

Sangenberg tidak hanya mengkoleksi hewan langka tetapi juga fosil binatang purba (dinosaurus) seperti Tyranosaurus, Brontosurus, Triceratop, Mamoot dll. Tulang-tulang Tyranosaurus dan mamoot (gajah berbulu) sepertinya masih lengkap dan dirangkai dengan kawat-kawat baja yang kokoh. Karena binatang ini tergolong tinggi dan besar maka penempatan diletakkan di ruang tengah atau ruang utama gedung ini. Mungkin memang sesuatu yang sangat dibanggakan oleh museum ini, Sehingga menjadi pusat perhatian.

Mumi yang berasal dari Mesir, kerangka manusia purba, termasuk tengkorak manusia purba yang ditemukan di Jawa (Indonesia) dapat ditemukan di sana.. Mumi seorang anak kecil masih terbungkus dengan rapi dengan kain yang dimasukkan ke dalam suatu gerabah, konon benda ini sudah berusia ribuan tahun yang didapat dari Mesir..

Museum ini juga mengkoleksi batu-batuan dari berbagai belahan bumi ini, termasuk batu-batu permata dari berbagai pelosok dunia. Dan batuan yang diambil dari bulan pada waktu pertama kali manusia mendarat di bulan.





HAUPBAHNHAUF ( STASIUN KERETA API ANTAR BENUA )

Kesibukan kota Frankfurt sebagai pusat perbankan di Eropa terlihat dari stasiun kereta antar benua yang berada di tengah-tengah kota. Haupbahnhauf adalah stasiun kereta antar benua yang bisa mengakses ke hampir kota-kota besar yang ada di Eropa. Semua kegiatannya ada di bawah tanah. Sehingga tidak menimbulkan kesemrawutan dan bising . Pada waktu pembangunannya antara tahun 1881 s/d 1888 stasiun ini berada di tanah lapang, kini berada di pusat kota. Secara fisik bangunan itu tetap seperti semula meskipun sudah dipermodern dengan sarana yang lebih modern. Stasiun ini melayani 1.700 perjalanan kereta dan mengangkut sekitar 350.000 penumpang per hari.

Mengenai angkutan massa ini, digunakan sarana-sarana seperti subway untuk kereta listrik dalam kota, kereta listrik lewat jalan raya yang mengikuti aturan bersama mobil, rangkaiannya tidak begitu panjang,maksimal 4 gerbong. Sedangkan angkutan kereta antar negara adalah kereta-kereta yang berkecepatan tinggi diatas 400 km/jam melalui jalur layang.

Di daerah sekitar Stasiun ini terdapat pertokoan yang cukup ramai pengunjung khususnya bagi para touris yang berasal dari luar kota/negara. Dari mulai supermarket, toko-toko jam tangan, kamera (tustel), sex shop, pertunjukan-pertunjukan yang khusus untuk dewasa. Toko Asia saja banyak macamnya, dari mulai yang khas Muangthai, India, China dan melayu dapat ditemukan disini. Di daerah ini konon merupakan data statistik tertinggi dibidang kriminalitas di seluruh Jerman. Ada semacam kios di suatu sudut jalan khusus melayani pecandu narkotika untuk mengantri untuk disuntik dalam dosis yang ditentukan. Program pemerintah ini konon termasuk juga untuk mengurangi angka kriminalitas.

Kaufhalle adalah salah satu supermaket yang cukup besar dan lengkap di Haupbahnhauf. Sedangkan minimarket yang dekat tempat menginap adalah Tangelmen masih di lingkungan Westendplats.

Bulan Mei memang belum musim panas benar, sehingga suhu udara yang cenderung sejuk, menyegarkan semangat kami untuk berjalan-jalan sehingga tidak terasa capek. Namun apabila matahari tertutup awan, segera saja angin dingin menerpa tubuh kami, dalam keadaan demikian suhu bisa mencapai 6 derajat Celsius. Mungkin karena terbiasa jadi suhu yang 6 derajat itu masih dapat ditanggulangi, bahkan menjadikan tubuh jadi sejuk tidak berkeringat. Di samping terkenal sebagai pusat perbankan, kota yang indah dan sebagai pusat perdagangan di Jerman, ternyata menyandang predikat kota yang paling tinggi angka kriminalitasnya.

Di daerah Haupbahnhauf, terdapat pusat layanan yang diadakan pemerintah bagi orang-orang pecandu narkotika. Bagi pecandu narkotika mendapatkan suntik gratis disini. tentu dengan dosis yang terukur sehingga lebih bersifat penyembuhan. Pertimbangan lainnya adalah agar mereka tidak melakukan kejahatan, karena pecandu ini membutuhkan biaya yang banyak untuk memenuhi kebutuhannya itu.

Pada waktu saya berjalan-jalan di sana, tiba-tiba datang seorang gadis menghampiri saya untuk menukar dengan uang kecil. Secara spontan saya jawab bahwa saya tidak punya uang, sebelum terlibat pembicaraan yang lebih panjang saya segera berlalu. Dan si gadis kembali kepada gerombolannya yang terdiri dari empat orang pemuda yang berpenampilan kumuh. Menurut ceritera orang jangan banyak terlibat pembicaraan dengan orang asing di sana, harus hati-hati, salah-salah bisa jadi korban penipuan atau bahkan korban pemerasan.


RUDESHEIM

Sekitar 60 km sebelah tenggara Frankfurt, tepat di pinggir sungai Rhein, terdapat kota kuno abad 11, kota itu bernama Rudesheim (Rudesheim am Rhein). Bangunan bekas puri dari batu-batuan yang dijadikan museum Bir masih tegak berdiri dan terawat. Kota yang lebih mirip dusun / kota kecil seperti layaknya keadaan berabad-abad yang lalu. Baik itu rumah-rumahnya dan keadaan jalanan yang masih berupa batu-batuan sangat tradisional sekali. Rumah-rumah kuno itu sekaligus juga dijadikan pusat perdagangan suvenir yang khas kota itu. Tepat ditepi sungai itu ada semacam pelabuhan atau pangkalan kapal barang yang akan dimuat oleh kapal angkut.

Ditengah ladang anggur yang luas ada bangunan kuno semacam kastil yang bernama Ruin Ehrenfeks bangunan abad 13, yang masih terpelihara dan kini dijadikan museum anggur (wine) juga ada bangunan lainnya sekitar 50 meter dan lebih kecil dari Ruin Ehrenfeks yang bernama Bromserburg yang dibangun pada tahun 1539.

Kota kecil ini dikelilingi oleh ladang buah anggur yang sangat luas. Pemandangan yang menarik ini dapat pula dinikmati dari udara melalui cable car, yang membentang menuju suatu bukit yang ada di dekat desa itu. Dengan latar belakang sungai Rhein yang besar. Bukit itu nampaknya merupakan hutan lindung yang lebat dan bersih. Dipuncak bukit itu terdapat sebuah monumen yang sangat bersejarah yang bernama Niederwald yang dibangun pemerintah Jerman pada tahun 1817

Menyusuri sungai Rhein ini ternyata banyak pesona lain, yaitu banyaknya kastil-kastil yang masih utuh. Di Rudhesheim, ada kastil dari abad 13 yang sekarang dimanfaatkan dengan museum anggur. Rheinstein castel, adalah kastil yang masih terpelihara dengan bagus dan agaknya paling besar diantara kastil yang ada di pinggiran sungai Rhein.


WIESBADEN
Tidak jauh dari kota ini, sekitar 20 km terdapat kota Wiesbaden, yang tidak kalah menariknya dengan Rudhesheim, walaupun masih kalah kuno. Kota ini sangat rindang dengan sebuah taman kota yang rimbun di belakang gedung Theatre yang megah dan antik, secara keseluruhan kota ini sangat tenang, nyaman dan bersih bukan main.

Ada salah satu tempat di sepanjang sungai itu yang dianggap keramat. Setiap Nachoda kapal yang melintas di salah satu kastil melempar koin uang ke dasar sungai. Konon menurut ceritera, ada seorang penghuni kuil yang sangat cantik sering duduk-duduk di tepian sungai itu. Konon mereka menunggu sang kekasih yang pergi tidak kunjung kembali. Setiap saat ia berada di tepian sungai itu. Karena kecantikan gadis itu tidak sedikit nachoda yang terlena mengagumi kecantikan gadis itu, sampai akhirnya kapal menabrak dinding sungai dan tenggelam. Sampai sekarang pun konon arwah gadis itu masih suka menampakkan diri di tempat itu.

Untuk menghormati dan mengungkapkan rasa simpati kepada gadis itu para nachoda sampai sekarang selalu melempar koinnya ke dasar sungai, agar mereka tidak terkena celaka diperjalanan.


MENYAKSIKAN PASAR MALAM DI HUTAN LINDUNG

Banyak acara diselenggarakan untuk menyambut musim panas di Jerman. Salah satunya adalah semacam pasar malam yang diselenggaraan di salah satu hutan lindung di pinggiran Barat Frankfurt tepatnya dekat dengan Stadiun Frankfurt.

Untuk mencapai tempat itu dilakukan melalui trem dari depan Stasiun Haupbahnhouft selama kurang lebih 20 menit ke arah Barat.

Sebagaimana layaknya sebuah pasar malam di Indonesia. Berbagai bangunan sementara didirikan di dalam hutan itu. Dari mulai penjaja kue, roti khas Jerman yang besar-besar, hot dog, pop corn dan masakan khas Jerman lainnya di jajakan disini.

Berbagai permainan dan pertunjukan juga dipertontonkan disini. Orang-orang mulai berdatangan pada pukul 11 siang ke atas baru mulai penuh sesak. Tidak ada yang dituju, selain jalan-jalan mengajak keluarga atau anjingnya.

Permainan anak-anak seperti boom-boom car dan Time Zone sangat digemari anak-anak Jerman, pemuda tanggung Jerman dan bahkan ornag-orang tua. Kincir raksasa juga termasuk salah satu yang digemari. Gelang bersama Aldi naik boom car sama-sama, sedangkan Okti bersama Meita. Dengan kecepatan yang sedang sangat tidak berbahaya meskipun kadang-kadang harus bertabrakan dengan yang lainnya.

Kebersihan di tempat keramaian ini sungguh mengagumkan. Tidak ada sampah secuilpun yang tampak berserakan dijalanan, bahkan seputung rokokpun tidak terlihat di sana. Bahkan disuatu kedai makanan cepat saji, setelah selesai makan pengunjung secara suka rela membersihkan meja tempat dia makan, dan mengembalikan piring dan gelas bekas ke kedai tempat ia beli makanan itu. Tidak ada petugas kebersihan yang terlihat lalu-lalang, namun demikian keadaan selalu bersih. Toilet gratis yang tersedia di beberapa tempat selalu tampak bersih.

Tempat lain yang tidak sempat kami kunjungi adalah Palgarten, yang terdapat di Frakfurt sebelah utara, Taman bunga yang dibangun pada tahun 1869 tersebut berisikan tanaman dan bunga-bungaan yang sangat indah, berbagai macam tanaman termasuk tanaman hias dari daerah tropis yang terdapat dibanyak negara.



JERMAN NEGARA DENGAN PENDUDUK YANG MAPAN

Melihat bangunan di kota Frankfurt sebenarnya sangat biasa-biasa saja, Gedung Pensil (karena bentuknya yang seperti pensil) yang berdiri tegak di tengah-tengah kota Frankfurt nampaknya sangat biasa dibandingkan dengan gedung-gedung di Jakarta-pun misalnya. Gedung-gedung kuno yang masih terawat menyimpan banyak modernisasi yang canggih. Yang pada intinya adalah memenuhi pelayanan kepada masyarakat yang baik.

Rumah-rumah atau flat yang kelihatan sederhana ternyata dilengkapi dengan hal-hal yang cangggih seperti bell yang bisa menunjukkan siapa yang memencet bell. Pada tempat bell dipencet biasanya dipasang sebuah kamera, sehingga apabila bell dipencet maka kamera dan monitor yang ada di dalam rumah menyala, dan siapa tamu yang datang dapat diketahui.

Segala sesuatu dilayani dengan mesin, dari pembelian kebutuhan seperti minuman ringan dan lain-lain, parkir bahkan pembelian tiket kereta api dilakukan dengan mesin otomatis.

Usaha bensin dengan wilayah yang cukup luas dengan pompa besin berjumlah 12 buah, angin untuk ban / air untuk radiator dan digabung supermarket hanya ditunggui oleh satu orang yang duduk saja diloket pembayaran. Semuanya dilakukan secara swalayan, termasuk pompa bensin, pompa ban mobil, dan supermarket. Kasir tinggal menerima pembayaran dan pengembalian saja. Cleaning servis sudah tidak diperlukan lagi, karena sikap disiplin masyarakatnya yang sudah menyatu dengan cara hidup mereka. Bahkan puntung rokokpun mereka buang di tempat yang disediakan.

Betapa efisiennya, dengan tidak banyak mempekerjakan banyak orang, usaha yang sangat kompleks itu bisa berjalan dengan baik. Penjualan soft drink, koran, kue-kue bahkan pembelian karcis kereta semuanya dilakukan dengan mesin.

Ada lagi yang menarik perhatian saya adalah mengenai mobil-mobil mewah yang diparkir disepanjang jalan pemukiman. Merk-merk mobil yang berkelas seperti Mercy, BMW, Audi, Ferari dan lain-lain dengan tahun pembuatan terakhir berjajar bak ruang pamer di etalase saja. Mobil dengan merk Jepang jarang digunakan disana.

Mobil-mobil itu ada yang jarang dijenguk pemiliknya, hal ini dapat ditandai dengan banyaknya kotoran burung jalak yang menempel diatas mobilnya. Semakin banyak kotoran burung yang ada di atas mobil menandakan bahwa mobil itu sudah lama tidak dipakai. Barangkali pemiliknya lebih sering berjalan kaki ke kantor dari pada naik mobil yang kadang-kadang susah mencari tempat parkir. Bahkan bisa berkilo-kilo meter jauhnya dari tempat parkir. Banyak juga warga Jerman atau karyawan muda yang memakai skate board, sepatu roda atau Otoped menuju kantornya.

Warga Eropa terkenal dengan kedisiplinannya. Masalah kedisiplinan ini sampai dengan pembuangan sampah. Pembedaan pembuangan sampah basah dan kering barangkali sudah mulai dilakukan di Indonesia, tetapi pelaksanaannya memang sangat mencolok perbedaannya.

Tempat pembuangan khusus botol, khusus kaleng dan lain-lain secara khusus sudah tersedia.

Beruntung sekali pada saat kunjungan saya ke tempat kakak, salah satu keponakan saya Meita sedang mengadakan ulang tahun yang ke 10, teman-teman sekolahnya diundang ke rumah.

Tepat pada jam yang telah ditentukan anak-anak sudah berkumpul. Ibu-ibu pengantar setelah mengantarkan anaknya segera kembali ke rumah dan akan kembali untuk menjemputnya. Yang saya sendiri kagum adalah sikap mentaati jam undangan. Semua datang tepat pada waktunya.

Bahkan apabila belum tepat pada jam yang ditentukan mereka rela menunggu di depan rumah sampai dengan waktu yang ditentukan tiba. Masalah tamu yang belum berani masuk karena belum menunjukkan jam yang ditentukan kami tidak tahu selama belum menekan bell. Karena memang flat tempat kakak terletak di lantai 3 dari 4 tingkat seluruhnya. Ada satu tingkat di bawah tanah yang digunakan untuk gudang masing-masing penghuni flat.

Acara yang standar seperti tiup lilin dan makan-makan semuanya berjalan sesuai biasa. Mereka menyetel kaset Britney Spears yang berjudul "One More Time" berulang-ulang sambil menirukan lagak dan gaya penyanyi pujaan mereka itu. Salah satu berperan sebagai pembawa acara yang seakan-akan sedang meliput jalannya pesta itu dengan muka tepat didepan kamera video.

Mereka melakukan dengan serius, tertawa dengan gembira tetapi tidak saling menertawakan. Bahkan pada waktu akhir acara ada empat anak-anak yang ingin menyumbangkan tarian khusus untuk yang berulang tahun. Tarian yang sangat sederhana karena memang hasil kreasi mereka sendiri dibawakannya dengan sangat serius, sedang teman-teman lainnya menyaksikan dengan seksama.

Setelah selesai semuanya memberikan aplus, entah hanya untuk basa-basi saja atau memang keluar dari lubuk hati mereka, kami tidak tahu. Setelah itu mereka tenggelam dengan omongan yang kita sama sekali tidak paham karena menggunakan bahasa mereka yaitu Jerman.
Selama sebelas hari kami sekeluarga di Jerman di musim panas sungguh sangat berkesan.

Pantai Scheveningen di Den Haag

Perjalanan dari Frankfurt menuju Den Haag (Netherland) melalui jalan darat biasanya ditempuh selama 5 jam. Dengan kondisi jalan yang sangat baik sehingga mobil bisa melaju dengan kecepatan rata-rata 180 km per jam.


Pada hari itu sedang diadakan perbaikan jalan, sehingga jalan tol yang sebanyak 5 jalur menyempit menjadi 1 jalur. Hal ini menimbulkan macet sampai dengan 2 jam. Namun demikian. Secara otomatis kendaraan beriring-iringan membentuk satu jalur 2 km sebelum sumber kemacetan berada. Tidak ada polisi yang mengatur antrian ini.

Pantai Scheveningen tidak bisa dilepaskan dari Den Haag secara keseluruhan, keberuntungan Den Haag mempunyai pantai ini memang bukan isapan jempol semata. Pantai dengan pasir putih menghampar sepanjang pantai Barat Daya Eropa ini, setiap hari ramai dikunjungi wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini bisa dibuktikan banyaknya hotel di kota ini, khususnya dipinggir pantai.

Sebut saja hotel yang sangat bersejarah bagi kemerdekaan Indonesia dengan Konferensi Meja Bundar nya sebelum kemerdekaan RI, Steigenberger Kurhauf Hotel di Gevers Deynootplein 30, masih tampak megah tanpa pernah surut ditelan waktu. Pantainya tenang dengan hembusan angin yang dingin dari laut menjadikan kota ini tampak sejuk sepanjang musim. Pasir putihnya yang relatif tebal sangat aman bagi anak-anak yang berlari-larian sepanjang pantai ini. Permainan untuk menarik anak-anak seperti trampolin dan lain-lain menambah nilai tambah lagi bagi tempat pelesiran keluarga.

Disepanjang pantai ini tentu saja banyak kios-kios suvenir, dan restoran-restoran dari kelas Ayam Goreng Kentucy atau Pizza Hutt sampai kelas-kelas yang berbintang berderet sepanjang pantai. Salah satu kiosnya terbaca dengan jelas “Nasi Goreng ” menjadi salah satu menunya. Di Den Haag memang agak banyak nama-nama yang berbau Indonesia, seperti "Pak Kumis", "Warung Jowo" dsb.

Tiba di pantai ini tidak lengkap apabila tidak mendaki mercusuar yang terletak 500 meter dari lepas pantai untuk melihat pemandangan sepanjang pantai di wilayah Barat Daya Eropa ini, tentunya kota Den Haag khususnya. Anginnya kencang dan sangat dingin.

Kami bermalam di Wisma milik KBRI untuk Kerajaan Belanda di Wassenaar, pinggiran kota Den Haag. Bersebelahan dengan asrama anak Indonesia tempat Dian, anak tertua kakak saya tinggal.

Bekasi, 29 Mei 1999