Senin, 05 Oktober 2009

CERNAK

DI KAMAR KAK HOBY
oleh : Gunnar S.


Kriiiiiiiiing.

Kriiiiiiiiing.

Setelah dua kali telpon rumah berdering, ibu menghentikan kegiatan menanggalkan bajuku yang baru setengah selesai, dan segera mengangkat telpon itu.

“Hallo ....” terdengar suara ibu penuh tanya siapa gerangan yang telpon pagi-pagi begini. Setelah beberapa saat kemudian, ibu hampir berteriak kegirangan. Ibu mendapat telpon dari teman lamanya. Jarang sekali ibu mendapat telpon dipagi-pagi hari seperti ini. Kecuali telpon dari Ayah yang ketinggalan dompet atau barang lainnya dari perjalanannya ke kantor.

Seperti biasanya ibu memandikanku setelah selesai membereskan Kak Hoby, dari mulai membantu berpakaian, membantu memasukkan buku ke dalam tasnya, memasukkan bekal sampai mengantar ke tempat jemputan ke sekolahnya.

Ayah sebelumnya sudah berangkat ke kantor, setelah mencium keningku sambil mengucapkan kata perpisahan dan nasehat seperti biasanya “jangan nakal ya”.

Kalau tidak ada telpon pagi ini, tentu Ibu sudah menelanjangi dan memandikanku dengan air hangat diember.

Ibu nampaknya sedang melepas kerinduan dengan teman lamanya, sehingga pekerjaan rutin memandikanku menjadi tertunda. Tidak apa, aku toh dapat memanfaatkan waktuku untuk memulai bermain menjelajahi rumah ini.

Kaos singlet yang masih belum sempurna terlepas masih menyangkut dikepalaku, dengan sekali renggut lepaslah benda itu dari kepalaku, sehingga kepalaku menjadi agak ringan dan bebas. Kutengok kekanan dan kekiri, menangkap sesuatu yang barangkali menarik perhatianku.

Oh.. itu kamar Kak Hoby masih terbuka, kira-kira ada apa ya di dalam sana, dengan sepenuh tenaga aku merangkak cepat ke arah kamar Kak Hoby. Kamar Kak Hoby masih berantakan, guling yang jatuh dilantai belum dirapihkan.

Padahal setiap pagi Ibu selalu mengingatkan agar habis tidur jangan lupa merapihkan tempat tidur. Aku sendiri belum diberi tugas membereskan tempat tidurku yang ibu sering sebut “box bayi”, kalau sudah TK pasti aku juga tidak luput dari kewajiban itu.

Di dalam box bayi itulah sebagian waktuku habis. Paling tidak di sembilan bulan setelah kelahiranku. Oleh karena itu, ibu juga sangat menjaga benar box bayiku tersebut, selain menyediakan kasur busa dan bantal guling mini beserta sprei putih bersih, nampaknya banyak juga benda-benda aneh yang ada disitu dengan warna-warna yang mencolok, seperti merah, kuning, hijau dan sebagainya, rasanya bosan juga berada di situ.

Kini aku sudah bisa merangkak kemanapun aku mau walaupun kadang-kadang Ibu melarangku menuju tempat-tempat yang kotor dan basah. Pelarangan itu aku anggap tidak adil, karena Ibu dan Bik Siti sering juga bermain basah-basahan di belakang rumah tersebut.

Kalau sudah begitu paling aku hanya bisa menangis, karena tidak ada cara lain untuk mengungkapkan ketidak puasanku.

Kini ibu sedang asik telpon dengan temannya.

Oo... itu buku Kak Boby terjatuh, gambarnya cukup menarik. Gambar-gambar binatang dengan tulisan-tulisan dibawahnya. Aku pungut benda itu, wah ada gambar binatang, tetapi buku itu tampaknya tidak bisa dibuka, aku ingin tahu gambar apa saja yang ada di dalam buku itu. Aku berusaha dengan sekuat tenaga, dengan mengguncang-guncangkan buku itu ke kanan dan kekiri, wah ! susahnya bukan main. Dan ....breeeet...., suara apa itu ya, kalau Kak Hoby yang membuka buku ini kok tidak berbunyi seperti itu. Belum sempat kuanalisa bagaimana cara Kak Hoby memperlakukan buku ini, pandanganku sudah menemukan obyek lainnya.

Tetapi tunggu dulu benda apa itu di dalam kolong meja belajar Kak Boby.

Aku dekati benda itu, bentuknya bulat dan warnanya merah, Kak Boby sering memainkan benda itu. Aku jadi ingin memainkannya seperti Kak Boby, tetapi ketika kusentuh benda itu menggelinding menjauhiku, wah susah juga bermain bola seperti Kak Boby.

Beberapa kali aku hendak memegangnya tetapi selalu saja gagal, benda itu selalu menggelinding menjauhiku. dan aku menjadi semakin penasaran, benda itu selalu menjauhiku. Akhirnya aku kelelahan di bawah kolong tempat tidur kak Boby. Ketika aku diam tertelungkup benda itu malah mendekatiku. Wah betapa senangnya aku, akhirnya benda itu berada didekatku, kuperhatikan benda bulat yang mengasikkan itu.

Belum sampai puas memperhatikan benda bulat yang lucu itu, kulihat kaki ibu, kemudian wajahnya yang cantik menyembul melongokku.

Dan selesailah petualanganku hari ini yang sangat mengasyikkan.

Kamis, 01 Oktober 2009

SEBUAH RENUNGAN

MENARIK BENANG MERAH DARI TSUNAMI ACEH SAMPAI GEMPA PADANG

30 September 2009


Entah oleh sebab apa ini aku tak tahu


Yang jelas alam telah menseimbangkan dirinya dengan baik

Sebagaimana ciptaan-ciptaan terbaik lainnya.


Manusia hanya bisa bertutur lirih

Jangan-jangan Allah murka dengan tindakan kita


Atau,


ini peringatan bagi yang benar agar tidak berbuat yang tidak benar

dihadapan kita, disekitar kita, bencana sering datang tanpa kita menyiapkan diri sebelumnya. Dan itu minimal yang dapat kita ambil hikmahnya.


Manusia hanya bisa berserah diri, ini alam silahkan berkehendak sesuai nalurimu

Mencari keseimbangan barangkali adalah tugas dalam rangka mencari keabadian.

Merubah diri adalah dalam rangka menyesuaikan dengan jamannya

Merevolusi adalah cara alam mengantisipasi adanya perubahan itu sendiri, dalam rangka menjalin kaitan yang lebih luas dengan alam semesta


Manusia hanya bisa bertutur,

cuaca semakin berat untuk mendukung alam menghasilkan bahan pangan yang cukup bagi manusia yang semakin bertambah.


Apakah bencana ini termasuk rencana alam dalam menyeimbangkan dirinya.

Apakah ini gejala lain alam khususnya bumi dalam mengantisipasi perubahan alam semesta

yang menjadikan bumi ini makin sulit ditanami,

makin sulit mempertahankan air hujan pada akar-akar pohon dipegunungan, berkurangnya debit air tanah bagi kehidupan manusia,

bertambahnya panas hingga tanaman tertentu satu per satu musnah karena berubahnya cuaca

atau berubahnya sawah yang sudah tidak produktif menjadi pemukiman padat


Allah Tuhanku,

Akankah ada niatmu memusnahkan ciptaan sempurnaMU ini tanpa makna

Adakah maksud yang tersembunyi di balik bencana ini.


Ini memang mutlak rahasiaMU

Kami, manusia mohon ijin untuk menafsirkan rahasia Mu