NOVEL
oleh : Gunarso
http://martanovelku.blogspot.com/
CERITA SEMATA
hanya susunan kata-kata yang terjalin demi sebuah ungkapan pemikiran
Rabu, 18 Desember 2013
Senin, 11 April 2011
NYANYIAN SENJA DEN AYU LANJAR)*
Oleh : Gunarso
Mata kosongnya mengarah ke deburan ombak ujung pantai utara di sore menjelang malam. Kerlip buih laut yang berpendar bersamaan dengan ombak yang berulang kali menjatuhkan diri menerbitkan bunyi seakan terus memanggil suatu untuk ikut bergabung dalam kehirukpikukan pesta ini. Suaranya terus menerobos ke dalam alam bawah setiap pendengaran mengusik keingintahuan yang ada pada situasi otak kanannya.
Jiwa kosongnya terus tergulung bersama suara debur ombak membangkitkan kenangan masa lalunya yang membentuknya menjadi pribadinya kini. Gambaran masa lalunya yang berkilat sepintas demi sepintas menimbulkan keriput di dahinya sebagai pertanda kerja kerasnya berpikir. Semuanya nampak buram serba tidak jelas, kilatan-kilatan arus listrik dalam otaknya justru menimbulkan pendar bayangan itu.
Angin pantai yang mulai mengarah ke tengah laut menyibakkan rambut tipisnya membelainya seperti mengajaknya berkencan jauh ke dalam impian kehidupan alam bawah laut.
Angin itu, membasuh dagunya mengelus pundaknya seakan bersuara lupakan masa lalumu…… lupakan….
Adalah seorang pribadi yang berkembang menjadi sekarang ini nampak kuat dalam pijakannya kokoh tapak kakinya, Adalah justru kenestapaan yang menjadi pupuk yang memberikan tubuh ini tegar. Adalah kaki yang kokoh ini yang setiap saat selalu mencari srategi mengatasi halangan, rintangan, tahu kapan harus menerjang kapan harus menghindar. Ketika harus berlari melepaskan sepi, ketika mendaki mencari mimpi, ketika berlari menghindari cerca.
Ombak pantai utara terus bergulung dengan keteraturannya menawarkan hiburan. Mencoba membantu mengungkapkan masalah dengan ramah. Kelopak mata itu sudah demikian berat, namun nadimu masih kencang menyebarkan oksigen kesegala sudut raga itu.
Matahari dengan pelahan membenamkan dirinya dalam garis laut di ujung Barat, memberikan hiburan beberapa pasang insan di pantai, tanpa harus merasa peduli apakah dianggapnya sebagai atraksi bagi mereka, atau tidak.
Adalah pasir yang berkilau memantulkan sinarnya dengan sudut datang menerpa wajah-wajahnya mengekspresikan berbagai situasi jiwa.
Adalah ia yang dengan kesendiriannya tengah mengurai satu demi satu kenangan yang mustahil disusunnya secara lengkap, adakah bagian yang kurang, adakah tahap yang belum kulalui selama perjalananku, bagian manakah dari setiap jalan itu yang membuat diri begitu tidak tahu, menjadikan kosong di suatu bagian jiwaku.
Jaket tebalnya ditarik dan dilipatkan agar lebih menyentuh dengan erat tubuhnya. Kenangan bawah sadarnya mencoba mengingatkan rasa ketika terbungkus dalam plasenta dengan lembut.
Dalam kesenjangan antara kesadaran dan mimpinya tiba-tiba terdengar bisikan halus yang memecah kesepiannya. Suara wanita yang sangat lembut dan membuatnya terbuai dan ingin segera mendengarnya lagi meneruskan bisikannya. Pertanyaan yang bertubi-tubi dan tidak ada kesempatan bagi wanita itu untuk menjawabnya, sehingga iapun tersadar betapa sangat inginnya dia untuk ingin mendengarkan suaranya lagi.
Bahkan kemudian, ketika dua wajah itu saling berhadapan sang pria sangat mengagumi sesuatu yang memancarkan kembali sinar senja dari wajahnya. Begitu lembut, begitu ayu, yang mengalir memasuki jiwanya menjadi tenang setenang air laut dihadapannya.
Bahkan akhirnya ketika belum juga ada suara untuk saling menyapa, sejatinya mereka sudah sangat jauh saling berkomunikasi, melalui indera yang tidak dibatas waktu. Dalam ruang itu yang tidak memerlukan suara, gerak bibir dan kegiatan fisik ini sepasang insan itu saling berkomunikasi, saling kenal bahwa bisa lebih jauh dari itu.
Dalam suasana bawah sadar itu, yang tidak dapat diukur dengan satuan fisik, beberapa pertanyaan dapat disampaikan dalam sekejap ribuan sanjungan dapat diutarakan dalam waktu yang bersamaan.
Hubungan bathin yang mempunyai kapasitas yang luar biasa dalam hitungan detik. Lantas dapat mengubah muka pria iu menjadi lebih cerah, lebih berbinar dengan gairah asa meninggalkan kusut di hatinya, menghilangkan kerut di dahinya. Dalam sekian saat yang cepat itu ia juga dengan segera mendapatkan tanggapan yang ia sangat tahu maknanya, yaitu kesepakatannya untuk memersatukan diri dalam jalinan persahabatan yang sangat erat, untuk berikutnya tanpa menutup kemungkinan bisa jadi untuk saling bercinta.
Percakapan maya yang dilakukan tanpa ukuran waktu itu, membuat sang pria seakan menemukan kembali jati dirinya, betapa ia kini ada seorang yang mengaguminya, mengusungnya ke daratan yang sangat tinggi, mendapatkan harkat yang sangat terhormat. Melupakan duka dalam setiap perjalanan hidupnya, keluarganya yang entah dimana, kekasihnya yang meninggalkannya dan teman-teman yang semakin menjauh karena ketiadaannya.
Semua cerita duka itu seketika terlupakan dengan hadirnya sosok perempuan yang baru saja ia temui namun telah beribu ungkapan sudah saling dipertukarkan. Yang ada adalah jalan yang luas terbentang menuju suatu istana penuh dengan gemerlap bersanding perempuan yang cantik yang selalu memanjakannya.
Berjalan dengan pasti, dengan senyum yang mengembang, dada membusung, menuju arah yang tanpa sadar diarahkan oleh perempuan itu kesuatu tempat yang terlihat demikian menyenangkan, demikian membuat hatinya berbunga dengan harapan yang ia yakini akan semakin membuatnya sejahtera bahkan dalam keluarga yang dia dambakan.
Langkahnya pelan, seakan ingin menikmati semua peristiwa yang menyenangkan ini untuk tidak terlalu cepat berlalu. Dengan bimbingan wanita cantik disampingnya yang sudah ia anggap sebagai permaisurinya itu ke arah matahari yang semakin redup memasuki cakrawala di sisi Utara.
Sementara orang-orang lain asik dengan dirinya masing-masing tenggalam dalam ilusinya masing-masing. Pria itu terus berjalan menuju deburan ombak pasang naik yang mulai meninggi. Kakinya sekali-kali terbasuh oleh riak-riak kecil yang sampai ke pasir pantai semakin mendekati air pantai yang lebih dalam.
Tapak kakinya terus meninggalkan bekas di pasir basah yang selalu dengan cepat terhapus oleh ombak panti, langkahnya terus menuju laut hingga terbenam sebagian kakinya, sampai ke lutut, ke pinggang dan pria itu terus berjalann menuju laut lepas. Sementara jiwanya merasakan ketenangan yang luar biasa didampingi wanita cantik tanpa merasakan deburan ombak yang semakin tinggi mengenai pinggangnya dan ….. seluruh tubuhnya.
)* Den Ayu Lanjar atau Dewi Lanjar adalah mythos di pesisir pantai Utara Jawa yang mirip dengan cerita mistis Nyi Roro Kidul di Pantai Selatan Jawa.
Mata kosongnya mengarah ke deburan ombak ujung pantai utara di sore menjelang malam. Kerlip buih laut yang berpendar bersamaan dengan ombak yang berulang kali menjatuhkan diri menerbitkan bunyi seakan terus memanggil suatu untuk ikut bergabung dalam kehirukpikukan pesta ini. Suaranya terus menerobos ke dalam alam bawah setiap pendengaran mengusik keingintahuan yang ada pada situasi otak kanannya.
Jiwa kosongnya terus tergulung bersama suara debur ombak membangkitkan kenangan masa lalunya yang membentuknya menjadi pribadinya kini. Gambaran masa lalunya yang berkilat sepintas demi sepintas menimbulkan keriput di dahinya sebagai pertanda kerja kerasnya berpikir. Semuanya nampak buram serba tidak jelas, kilatan-kilatan arus listrik dalam otaknya justru menimbulkan pendar bayangan itu.
Angin pantai yang mulai mengarah ke tengah laut menyibakkan rambut tipisnya membelainya seperti mengajaknya berkencan jauh ke dalam impian kehidupan alam bawah laut.
Angin itu, membasuh dagunya mengelus pundaknya seakan bersuara lupakan masa lalumu…… lupakan….
Adalah seorang pribadi yang berkembang menjadi sekarang ini nampak kuat dalam pijakannya kokoh tapak kakinya, Adalah justru kenestapaan yang menjadi pupuk yang memberikan tubuh ini tegar. Adalah kaki yang kokoh ini yang setiap saat selalu mencari srategi mengatasi halangan, rintangan, tahu kapan harus menerjang kapan harus menghindar. Ketika harus berlari melepaskan sepi, ketika mendaki mencari mimpi, ketika berlari menghindari cerca.
Ombak pantai utara terus bergulung dengan keteraturannya menawarkan hiburan. Mencoba membantu mengungkapkan masalah dengan ramah. Kelopak mata itu sudah demikian berat, namun nadimu masih kencang menyebarkan oksigen kesegala sudut raga itu.
Matahari dengan pelahan membenamkan dirinya dalam garis laut di ujung Barat, memberikan hiburan beberapa pasang insan di pantai, tanpa harus merasa peduli apakah dianggapnya sebagai atraksi bagi mereka, atau tidak.
Adalah pasir yang berkilau memantulkan sinarnya dengan sudut datang menerpa wajah-wajahnya mengekspresikan berbagai situasi jiwa.
Adalah ia yang dengan kesendiriannya tengah mengurai satu demi satu kenangan yang mustahil disusunnya secara lengkap, adakah bagian yang kurang, adakah tahap yang belum kulalui selama perjalananku, bagian manakah dari setiap jalan itu yang membuat diri begitu tidak tahu, menjadikan kosong di suatu bagian jiwaku.
Jaket tebalnya ditarik dan dilipatkan agar lebih menyentuh dengan erat tubuhnya. Kenangan bawah sadarnya mencoba mengingatkan rasa ketika terbungkus dalam plasenta dengan lembut.
Dalam kesenjangan antara kesadaran dan mimpinya tiba-tiba terdengar bisikan halus yang memecah kesepiannya. Suara wanita yang sangat lembut dan membuatnya terbuai dan ingin segera mendengarnya lagi meneruskan bisikannya. Pertanyaan yang bertubi-tubi dan tidak ada kesempatan bagi wanita itu untuk menjawabnya, sehingga iapun tersadar betapa sangat inginnya dia untuk ingin mendengarkan suaranya lagi.
Bahkan kemudian, ketika dua wajah itu saling berhadapan sang pria sangat mengagumi sesuatu yang memancarkan kembali sinar senja dari wajahnya. Begitu lembut, begitu ayu, yang mengalir memasuki jiwanya menjadi tenang setenang air laut dihadapannya.
Bahkan akhirnya ketika belum juga ada suara untuk saling menyapa, sejatinya mereka sudah sangat jauh saling berkomunikasi, melalui indera yang tidak dibatas waktu. Dalam ruang itu yang tidak memerlukan suara, gerak bibir dan kegiatan fisik ini sepasang insan itu saling berkomunikasi, saling kenal bahwa bisa lebih jauh dari itu.
Dalam suasana bawah sadar itu, yang tidak dapat diukur dengan satuan fisik, beberapa pertanyaan dapat disampaikan dalam sekejap ribuan sanjungan dapat diutarakan dalam waktu yang bersamaan.
Hubungan bathin yang mempunyai kapasitas yang luar biasa dalam hitungan detik. Lantas dapat mengubah muka pria iu menjadi lebih cerah, lebih berbinar dengan gairah asa meninggalkan kusut di hatinya, menghilangkan kerut di dahinya. Dalam sekian saat yang cepat itu ia juga dengan segera mendapatkan tanggapan yang ia sangat tahu maknanya, yaitu kesepakatannya untuk memersatukan diri dalam jalinan persahabatan yang sangat erat, untuk berikutnya tanpa menutup kemungkinan bisa jadi untuk saling bercinta.
Percakapan maya yang dilakukan tanpa ukuran waktu itu, membuat sang pria seakan menemukan kembali jati dirinya, betapa ia kini ada seorang yang mengaguminya, mengusungnya ke daratan yang sangat tinggi, mendapatkan harkat yang sangat terhormat. Melupakan duka dalam setiap perjalanan hidupnya, keluarganya yang entah dimana, kekasihnya yang meninggalkannya dan teman-teman yang semakin menjauh karena ketiadaannya.
Semua cerita duka itu seketika terlupakan dengan hadirnya sosok perempuan yang baru saja ia temui namun telah beribu ungkapan sudah saling dipertukarkan. Yang ada adalah jalan yang luas terbentang menuju suatu istana penuh dengan gemerlap bersanding perempuan yang cantik yang selalu memanjakannya.
Berjalan dengan pasti, dengan senyum yang mengembang, dada membusung, menuju arah yang tanpa sadar diarahkan oleh perempuan itu kesuatu tempat yang terlihat demikian menyenangkan, demikian membuat hatinya berbunga dengan harapan yang ia yakini akan semakin membuatnya sejahtera bahkan dalam keluarga yang dia dambakan.
Langkahnya pelan, seakan ingin menikmati semua peristiwa yang menyenangkan ini untuk tidak terlalu cepat berlalu. Dengan bimbingan wanita cantik disampingnya yang sudah ia anggap sebagai permaisurinya itu ke arah matahari yang semakin redup memasuki cakrawala di sisi Utara.
Sementara orang-orang lain asik dengan dirinya masing-masing tenggalam dalam ilusinya masing-masing. Pria itu terus berjalan menuju deburan ombak pasang naik yang mulai meninggi. Kakinya sekali-kali terbasuh oleh riak-riak kecil yang sampai ke pasir pantai semakin mendekati air pantai yang lebih dalam.
Tapak kakinya terus meninggalkan bekas di pasir basah yang selalu dengan cepat terhapus oleh ombak panti, langkahnya terus menuju laut hingga terbenam sebagian kakinya, sampai ke lutut, ke pinggang dan pria itu terus berjalann menuju laut lepas. Sementara jiwanya merasakan ketenangan yang luar biasa didampingi wanita cantik tanpa merasakan deburan ombak yang semakin tinggi mengenai pinggangnya dan ….. seluruh tubuhnya.
)* Den Ayu Lanjar atau Dewi Lanjar adalah mythos di pesisir pantai Utara Jawa yang mirip dengan cerita mistis Nyi Roro Kidul di Pantai Selatan Jawa.
Selasa, 21 Desember 2010
LAYANGAN (Crito boso jowo Pekalongan)
Nggal mongso ketigo jaman mbiyek kegiatane wong Pekalongan mesti ora adoh soko dolanan out door, ora tuwo, ora enom, ora bocah, nek wayah sore kabeh koyo tumplek blek ning plataran utowo lapangan, opo meneh yang usum liburan sekolah. Salah sijinee dolanan sing dadi favourite yo dolanan layangan. Opo meneh jaman mbiyek khan ora ono dolanan sing macem-macem sing luwih menarik minate cah-cah. Ora kepanasen, ora kringeten, lan ora reget, wis pokok angler kae si. Main PS nang omah opo nang rental sing ber AC, utowo browsing internet lan-liya-liyane. Jaman mbiyek sing disebut nang crito iki yo sak durunge tahun 80 an awal.
Main layangan memang koyo-koyone dolanan sing paling merakyat wektu kuwi. Dari mulai cah-cah cilik sing mung nggo sekedar dolanan tok, nganti sing kanggo lomba. Nek cah-cah cilik dolanan layangan biasane nganggo layangan sing ono buntute, buntut iku disamping gunane nggo keseimbangane layangan, ugo nggo tondo karo liyane bahwa layangan iku ora melu nggo sangkutan. Layangan nek ono buntute berarti ora keno di sangkut utowo dilawan, iku aturane, ora tertulis si tapi yo dituruti bae.
Kebanyakan layangan yo asike memang nek nggo sangkutan. Antara benang layangan siji karo benang layangan liyane disangkutke ning nduwur, sing biso nugelke benang layangan lawan yo kuwi sing menang.
Ben biso nugelke benang layangan liyo kudu nganggo taktik, disamping milih benange kudu sing ulet koyo merk kuda terbang utowo cap gajah sing nganggo gelok kayu. Juga kudu dilapisi bahan tertentu ben benang ketutup ben luwih kandel tur kasar ben bisa nugelke benang lawan.
Bahan sing nggo nglapisi benang kuwi jeneng gelasan. Benang kudu digelas ndisik sak durunge dienggo main. Gelasan biasane terdiri dari lem kak ( lem kayu ), lem gunane nggo nempelke serbuk beling nang benang, dicampur karo gilingan beling koco ditambahi pewarna ben menarik trus dighodhok. Trus benang sak gelok-geloke dicemplungke nang adonan gelasan kuwi trus di ler ben garing.
Benang sing wis digelas dadi kasar tujuane ben biso nugelke benang lawan, tangan be biso kebeler nek pas ngikal benang kuwi ning kaleng bekas roti. Tangane kudu di lapisi karo kulit sapi, ben ora kebeler.
Nek wis entuk benang gelasan trus kudu milih layangan. Milih layangan yo ora baen-baen si, tergantung soko coro dan taktike memainkan layangan pas disangkutke.
Strategi nyangkutke layangan ben menang ono pirang pirang coro. Antara lain main ambatan, nyonggo, utowo gotrekan.
Ambatan kuwi corone narik benang layangan sak kenceng-kencenge begitu keno benang lawan. Nek main ambatan kudu milih layangan sing ora gegeden ben lincah milih bagian benang sing merupakan kelemahane layangan, yoiku bagian sing cedhek tali guci.
Nek nyonggo biasane nganggo layangan sing ukurane gedi antara setengan nganti sak meter tinggi ben benange manteng kenceng. Layangan diperikke nang musuh lewat ngisor trus nek wis keno benang musuh trus disonggo, layangan diangkat menduwur, karo di ulur sitik ben ono gesekan nggo nugelke benang lawan. Main layangan coro kuwi kudu modal benang sing dowo, paling ora rong kelos. Mergo sing diincer biasane layangan cilik-cilik sing ono ning ngarep sing adoh-adoh.
Ono meneh coro sing akeh di dianut poro penggemar layangan yoiku gotrekan. Nek wis keno benang lawan trus layangan digotrekke digawe muter-muter, tujuane yo dipenteng ben layangan musuh kegowo trus dadi tidak berdaya, benang lawan dadi nekuk trus dadi rantese benang mau.
Ono kepuasan tersendiri nek bisa ngalahke lawan-lawane, sekedar hobby, ora sitik wong-wong sing nduwe modal nggawe loteng ning ngomahe mung nggo main layangan thok. Wong sing sugih nduwe modal, biasane pesen layangan sing gambare khusus sesuai selera lan kepribadianne sing nduwe.
Gambar-gambar layangan macem-macem tapi ketoke wis dadi pakem, ono sing jenenge pupuk (sudut bagian nduwur diblok warna tertentu), jalu (bentuke koyo jalu ayam digambar dari ujung kiwo utowo ujung tengen), Jalu tarung (jalu sing ono di kiwo karo tengen), jalu pupuk (jalu sing digambar soko sudut atas), selendang (semacam pita digambar koyo pita di sisi kiwo/tengen), moto/koco moto (lingkaran), pojokan (tiap sudut layangan diblok warna tertentu), slendang jalu (perpaduan jalu karo slendang), jalupupuk (perpaduan jalu karo pupuk), kalung (gambar sing nyambung dari ujung kiwo tekan sudut tengen) lan liya-liyane. Ketoke jarang ono gambar layangan sing nyimpang soko pekem kuwi … ora kreatif ho ….
Mongso ketigo nek wis bar panen khan akeh sawah-sawah sing kosong setelah dipanen tur durung ditanduri meneh. Lahan-lahan kosong kuwi biasane dienggo lomba layangan, nganggo system gugur, sing menang terus entuk hadiah wedus utowo pit, tergantung panitia.
Cah-cah sing ora nduwe cukup modal yo ono carane ben entuk layangan. Mung gawan pring karo sangkrah dipasang ning ujung pring mau nggo ngrayah layangan sing tugel utowo kalah tarung. Sangkrah kuwi terdiri dari ranting-ranting garing trus disusun dipasang nang ujung pring mau, nek ono layangan tugel sangrah diputer ben benange sak layangane nyangkut nang sangkrah kuwi. Nek pas ono layangan tugel cah-cah mau do rayahan, biasane yo sing entuk sing nduwe gantar / pring sing paling dowo.
Nek ono layangan tugel khan benang dadi klangsah mengisor, nang gendeng utowo nang wit-witan. Ono juga cah-cah sing nakal benang bekas layangan sing tugel dicantolke utowo disangkutke ning sesuatu, dadi susah ditarik. Nek dipekso yo dadi tugel. Lah tugelane mau dijupuk dienggo layangan nganggo layangan sing entuk soko rayahan layangan tugel.
Ono meneh sing luwih jahat, benang layangan sing wis tugel mau sengojo disangkut nganggo sangkrah, trus ditarik nganti tugel. Perbuatan sing ora terpuji kuwi mau jenenge ngebreng. Oran sithik wong sing kroso dibreng marani nggon sing kiro-kiro benange dibreng mau. Tapi biasane cah sing ngebreng wis mlayu.
Blekupon, memang jarang wong sing biso nggawe blekupon iku, disamping luwih likrik tur keseimbangan karo teknik liyane kudu dikuasai. Blekupon kuwi semacam alat sing digawe soko rautan pring trus dilapisi kertas minyak, koyo nek pak nggawe layangan, tapi bentuke bunder loro kiwi tengen. Blekupon di pasang nang benang sing wis ono layanange nang nduwur. Blokupon mau biasane biso diengo nggowo mainan sing arep diculke neng nduwur. Blekupon sing dibuka sayape sing berbentuk bunder mau keno angin mumbul menuju layangan sing ning nduwur. Nek wis tekan nduwur benang layangan disentak utowo ditarik, bersamaan dengan itu blekupon ngeculke mainan soko nduwur, lan sayap blekupon dadi mencingkup dadi trus mrosot mudun ora katut angin meneh. Mainan sing diculke blekupon biasane ya pesawat-pesawatan, terjun payung, doro-doronan utowo yo mung kertas sing di suwir-suwir.
Nek nang Bali utowo daerah lain ono lomba apik-apikan bentuk layangan, nangopo lomba sangkutan layangan ora di usumke meneh nang Pekalongan, mesti srame …
Jakarta, 21 Desember 2010
Main layangan memang koyo-koyone dolanan sing paling merakyat wektu kuwi. Dari mulai cah-cah cilik sing mung nggo sekedar dolanan tok, nganti sing kanggo lomba. Nek cah-cah cilik dolanan layangan biasane nganggo layangan sing ono buntute, buntut iku disamping gunane nggo keseimbangane layangan, ugo nggo tondo karo liyane bahwa layangan iku ora melu nggo sangkutan. Layangan nek ono buntute berarti ora keno di sangkut utowo dilawan, iku aturane, ora tertulis si tapi yo dituruti bae.
Kebanyakan layangan yo asike memang nek nggo sangkutan. Antara benang layangan siji karo benang layangan liyane disangkutke ning nduwur, sing biso nugelke benang layangan lawan yo kuwi sing menang.
Ben biso nugelke benang layangan liyo kudu nganggo taktik, disamping milih benange kudu sing ulet koyo merk kuda terbang utowo cap gajah sing nganggo gelok kayu. Juga kudu dilapisi bahan tertentu ben benang ketutup ben luwih kandel tur kasar ben bisa nugelke benang lawan.
Bahan sing nggo nglapisi benang kuwi jeneng gelasan. Benang kudu digelas ndisik sak durunge dienggo main. Gelasan biasane terdiri dari lem kak ( lem kayu ), lem gunane nggo nempelke serbuk beling nang benang, dicampur karo gilingan beling koco ditambahi pewarna ben menarik trus dighodhok. Trus benang sak gelok-geloke dicemplungke nang adonan gelasan kuwi trus di ler ben garing.
Benang sing wis digelas dadi kasar tujuane ben biso nugelke benang lawan, tangan be biso kebeler nek pas ngikal benang kuwi ning kaleng bekas roti. Tangane kudu di lapisi karo kulit sapi, ben ora kebeler.
Nek wis entuk benang gelasan trus kudu milih layangan. Milih layangan yo ora baen-baen si, tergantung soko coro dan taktike memainkan layangan pas disangkutke.
Strategi nyangkutke layangan ben menang ono pirang pirang coro. Antara lain main ambatan, nyonggo, utowo gotrekan.
Ambatan kuwi corone narik benang layangan sak kenceng-kencenge begitu keno benang lawan. Nek main ambatan kudu milih layangan sing ora gegeden ben lincah milih bagian benang sing merupakan kelemahane layangan, yoiku bagian sing cedhek tali guci.
Nek nyonggo biasane nganggo layangan sing ukurane gedi antara setengan nganti sak meter tinggi ben benange manteng kenceng. Layangan diperikke nang musuh lewat ngisor trus nek wis keno benang musuh trus disonggo, layangan diangkat menduwur, karo di ulur sitik ben ono gesekan nggo nugelke benang lawan. Main layangan coro kuwi kudu modal benang sing dowo, paling ora rong kelos. Mergo sing diincer biasane layangan cilik-cilik sing ono ning ngarep sing adoh-adoh.
Ono meneh coro sing akeh di dianut poro penggemar layangan yoiku gotrekan. Nek wis keno benang lawan trus layangan digotrekke digawe muter-muter, tujuane yo dipenteng ben layangan musuh kegowo trus dadi tidak berdaya, benang lawan dadi nekuk trus dadi rantese benang mau.
Ono kepuasan tersendiri nek bisa ngalahke lawan-lawane, sekedar hobby, ora sitik wong-wong sing nduwe modal nggawe loteng ning ngomahe mung nggo main layangan thok. Wong sing sugih nduwe modal, biasane pesen layangan sing gambare khusus sesuai selera lan kepribadianne sing nduwe.
Gambar-gambar layangan macem-macem tapi ketoke wis dadi pakem, ono sing jenenge pupuk (sudut bagian nduwur diblok warna tertentu), jalu (bentuke koyo jalu ayam digambar dari ujung kiwo utowo ujung tengen), Jalu tarung (jalu sing ono di kiwo karo tengen), jalu pupuk (jalu sing digambar soko sudut atas), selendang (semacam pita digambar koyo pita di sisi kiwo/tengen), moto/koco moto (lingkaran), pojokan (tiap sudut layangan diblok warna tertentu), slendang jalu (perpaduan jalu karo slendang), jalupupuk (perpaduan jalu karo pupuk), kalung (gambar sing nyambung dari ujung kiwo tekan sudut tengen) lan liya-liyane. Ketoke jarang ono gambar layangan sing nyimpang soko pekem kuwi … ora kreatif ho ….
Mongso ketigo nek wis bar panen khan akeh sawah-sawah sing kosong setelah dipanen tur durung ditanduri meneh. Lahan-lahan kosong kuwi biasane dienggo lomba layangan, nganggo system gugur, sing menang terus entuk hadiah wedus utowo pit, tergantung panitia.
Cah-cah sing ora nduwe cukup modal yo ono carane ben entuk layangan. Mung gawan pring karo sangkrah dipasang ning ujung pring mau nggo ngrayah layangan sing tugel utowo kalah tarung. Sangkrah kuwi terdiri dari ranting-ranting garing trus disusun dipasang nang ujung pring mau, nek ono layangan tugel sangrah diputer ben benange sak layangane nyangkut nang sangkrah kuwi. Nek pas ono layangan tugel cah-cah mau do rayahan, biasane yo sing entuk sing nduwe gantar / pring sing paling dowo.
Nek ono layangan tugel khan benang dadi klangsah mengisor, nang gendeng utowo nang wit-witan. Ono juga cah-cah sing nakal benang bekas layangan sing tugel dicantolke utowo disangkutke ning sesuatu, dadi susah ditarik. Nek dipekso yo dadi tugel. Lah tugelane mau dijupuk dienggo layangan nganggo layangan sing entuk soko rayahan layangan tugel.
Ono meneh sing luwih jahat, benang layangan sing wis tugel mau sengojo disangkut nganggo sangkrah, trus ditarik nganti tugel. Perbuatan sing ora terpuji kuwi mau jenenge ngebreng. Oran sithik wong sing kroso dibreng marani nggon sing kiro-kiro benange dibreng mau. Tapi biasane cah sing ngebreng wis mlayu.
Blekupon, memang jarang wong sing biso nggawe blekupon iku, disamping luwih likrik tur keseimbangan karo teknik liyane kudu dikuasai. Blekupon kuwi semacam alat sing digawe soko rautan pring trus dilapisi kertas minyak, koyo nek pak nggawe layangan, tapi bentuke bunder loro kiwi tengen. Blekupon di pasang nang benang sing wis ono layanange nang nduwur. Blokupon mau biasane biso diengo nggowo mainan sing arep diculke neng nduwur. Blekupon sing dibuka sayape sing berbentuk bunder mau keno angin mumbul menuju layangan sing ning nduwur. Nek wis tekan nduwur benang layangan disentak utowo ditarik, bersamaan dengan itu blekupon ngeculke mainan soko nduwur, lan sayap blekupon dadi mencingkup dadi trus mrosot mudun ora katut angin meneh. Mainan sing diculke blekupon biasane ya pesawat-pesawatan, terjun payung, doro-doronan utowo yo mung kertas sing di suwir-suwir.
Nek nang Bali utowo daerah lain ono lomba apik-apikan bentuk layangan, nangopo lomba sangkutan layangan ora di usumke meneh nang Pekalongan, mesti srame …
Jakarta, 21 Desember 2010
Minggu, 14 November 2010
Letusan Merapi, 26-10-2010
Fisikku memang ada disini
Tetapi pikiranku melayang-layang menyusuri jalan-jalan kecil kumuh di perkampungan Meguro Tokyo
Aku memang masih berada di tengah empat dinding dua setengah meter tinggi,namun tak bisa secara total mengungkungku untuk sampai saat sore nanti tiba.
Aku saat ini tidak sendiri, bersama ribuan makhluk-makhluk sepertiku berbaur saling berkomunikasi dan melebur bagai amuba.
Dalam komunitas inipun sebenarnya tidak juga dapat menyancangku untuk tetap diam tetap disitu
Aku berhak bebas
Aku berhak melakukan petualanganku sesempurna mungkin yang aku inginkan selama tidak bersama ragaku yang ada di sudut ruang pengap itu
Aku memang membalas sapaan, menoleh menghadapkan mukaku kepada seseorang yang mengajak bicara denganku. Tetapi pada hakikatnya aku tengah menikmati pengembaraan yang sesuai dengan keinginganku yang tanpa biaya ini
Kuil-kuil budha di sepanjang tembok china itu, layaknya masih berbicara saja memamerkan setiap ujung dari setiap bentuk indahmu, masih saja berbicara padaku dengan ramah
Vulcano di Iceland begitu menyentak kesadaranku untuk tidak melakukan hal-hal yang membosankan.
Disini, dikomunitas mayaku, aku dapat berubah ujud menyelaraskan kondisi tempat ku berada, kulitku ini bisa berubah seperti bunglon atau bisa tidak terbentuk seperti apapun
Angin darat melayangkanku kearah laut dengan perlahan
Mulanya seakan ragu apakah ku mau memulai perjalanan ini bersama sejauh angin berhembus
Air laut yang begitu luas tak terhingga seakan hendak menelanku dengan lidah-lidahnya yang berloncatan menggapai-gapai tubuh abstrakku, menawarkan wisata lelehan lava di gunung bawah laut Hawai.
Semakin jauh menuju laut biru
Ada semacam keraguanku ketika kutemui malam
Dalam gelap apakah diri ini bisa menembus pekat yang kau selimutkan
Sementara tubuh tak berujudku melanglang mengarungi memenuhi mimpiku
Gelap adalah hal yang tidak kurasakan dan kutangkap dalam indraku
Keadaan fisikku melagukan tembang
Sementara jiwa abstrakku terus menerobos dalam diam namun kumengerti ketika alam berbicara
Dalam gelap ini justru semuanya sangat nyaring membisikkan niat tulusmu, membimbingku ke dalam lobang kedamaian yang kurindukan, ketenangan yang kutelungkupi membawaku hari-hari ini semakin abadi
Kegundahanku padamu,
Merapi
‘Kenapa’ kuharus tahu dirimu yang semakin hari semakin membuatku mengernyitkan alisku walaupun tidak kukatakan sepatah katapun keluar dari mulutku tanpa ucapan dengan makna ‘kenapa’
Adakah ini hanya sekedar menuruti hukum keseimbangan alam belaka
Adakah ini juga sebuah petaka yang sebagian besar tidak kuiningini
Aku masih ingin tahu semua isi di dalam dirimu dalam perutmu, magma dibawah lapisan-lapisan tanah yang berasal darimu jua.
Adakah juga mengerti penderitaannya.
Adakah juga masih ingin mengubur petilasan budaya abad ini seperti seribu tahunan yang lalu
Aku masih ingin bertanya, bolehkah aku turut bersedih dan memohon untuk menghentikan semua ini
Jakarta, 26 Oktober 2010
Tetapi pikiranku melayang-layang menyusuri jalan-jalan kecil kumuh di perkampungan Meguro Tokyo
Aku memang masih berada di tengah empat dinding dua setengah meter tinggi,namun tak bisa secara total mengungkungku untuk sampai saat sore nanti tiba.
Aku saat ini tidak sendiri, bersama ribuan makhluk-makhluk sepertiku berbaur saling berkomunikasi dan melebur bagai amuba.
Dalam komunitas inipun sebenarnya tidak juga dapat menyancangku untuk tetap diam tetap disitu
Aku berhak bebas
Aku berhak melakukan petualanganku sesempurna mungkin yang aku inginkan selama tidak bersama ragaku yang ada di sudut ruang pengap itu
Aku memang membalas sapaan, menoleh menghadapkan mukaku kepada seseorang yang mengajak bicara denganku. Tetapi pada hakikatnya aku tengah menikmati pengembaraan yang sesuai dengan keinginganku yang tanpa biaya ini
Kuil-kuil budha di sepanjang tembok china itu, layaknya masih berbicara saja memamerkan setiap ujung dari setiap bentuk indahmu, masih saja berbicara padaku dengan ramah
Vulcano di Iceland begitu menyentak kesadaranku untuk tidak melakukan hal-hal yang membosankan.
Disini, dikomunitas mayaku, aku dapat berubah ujud menyelaraskan kondisi tempat ku berada, kulitku ini bisa berubah seperti bunglon atau bisa tidak terbentuk seperti apapun
Angin darat melayangkanku kearah laut dengan perlahan
Mulanya seakan ragu apakah ku mau memulai perjalanan ini bersama sejauh angin berhembus
Air laut yang begitu luas tak terhingga seakan hendak menelanku dengan lidah-lidahnya yang berloncatan menggapai-gapai tubuh abstrakku, menawarkan wisata lelehan lava di gunung bawah laut Hawai.
Semakin jauh menuju laut biru
Ada semacam keraguanku ketika kutemui malam
Dalam gelap apakah diri ini bisa menembus pekat yang kau selimutkan
Sementara tubuh tak berujudku melanglang mengarungi memenuhi mimpiku
Gelap adalah hal yang tidak kurasakan dan kutangkap dalam indraku
Keadaan fisikku melagukan tembang
Sementara jiwa abstrakku terus menerobos dalam diam namun kumengerti ketika alam berbicara
Dalam gelap ini justru semuanya sangat nyaring membisikkan niat tulusmu, membimbingku ke dalam lobang kedamaian yang kurindukan, ketenangan yang kutelungkupi membawaku hari-hari ini semakin abadi
Kegundahanku padamu,
Merapi
‘Kenapa’ kuharus tahu dirimu yang semakin hari semakin membuatku mengernyitkan alisku walaupun tidak kukatakan sepatah katapun keluar dari mulutku tanpa ucapan dengan makna ‘kenapa’
Adakah ini hanya sekedar menuruti hukum keseimbangan alam belaka
Adakah ini juga sebuah petaka yang sebagian besar tidak kuiningini
Aku masih ingin tahu semua isi di dalam dirimu dalam perutmu, magma dibawah lapisan-lapisan tanah yang berasal darimu jua.
Adakah juga mengerti penderitaannya.
Adakah juga masih ingin mengubur petilasan budaya abad ini seperti seribu tahunan yang lalu
Aku masih ingin bertanya, bolehkah aku turut bersedih dan memohon untuk menghentikan semua ini
Jakarta, 26 Oktober 2010
Rabu, 25 Agustus 2010
AKU INGIN ......
Aku menyebar bagai debu beterbangan ke segala penjuru bersama angin
Kadang membumbung tinggi, kadang mendatar menjangkau wilayah seluas aku bisa
Terbelah menjadi molekul-molekul, atom, proton, ion, energy
Membebaskan diri dari grafitasi bumi, dari masa, dari ujud, dari volume
Sehingga aku bisa melesat secepat yang kuingini, tanpa hambatan kepekatan udara,
Memasuki bermacam-macam diri melebur secara bersamaan, bersama nafas-nafas dari berbagai karakter jiwa
Mengamati gerak otot tangan-tangan petani, buruh pelabuhan, pemulung dan mbok-mbok pencuci baju harian, meregang ketika menyusun kekuatan
Terus menggerakkan otot-ototnya demi untuk menghidupi anak isteri, tanpa peduli adakah rezim ini menghiraukan dirinya untuk menjadi lebih baik dan lebih bermartabat; baginya martabat adalah kerja keras dan keringat yang mengalir ketika menerima imbalan bagi keluarga tersayang
Baginya,bermartabat bukannya mengukir namanya lewat opini
martabat bukanlah duduk dengan pongah di atas jok mobil mewah sambil melingkarkan tangannya pada pinggang perempuan.
Diri ini masih belum pantas untuk disebut berbakti pada negeri, pada lingkunganpun ia merasa tak perlu dipuja, diambil fotonya dicetak pada Koran oleh wartawan : “inilah kemiskinan yang melanda”.
Ia hanya tak paham, ketika bergelut dengan keringat, seluruh mata pembaca Koran meletakkan iba padamu, ketika namamu seolah mewakil I 4 juta penduduk miskin, kau tidak peduli, berharap dapat rejeki, itu hanyalah demi sebagaian pergerakan devisa yang menggeliatkan dunia usaha, tanpa berarti apaapa baginya.
Aku berada di salah satu sel di hati seorang supir taksi tua, menjalankan mobilnya secara terukur namun pasti
“Aku bukanlah siapa-siapa, tidak pantaslah aku menjadi pilihanmu untuk kau eksploitasi untuk mengingatkan dunia melawan rezim yang kau benci
Aku sudah tidak mempunyai itu, suaraku akan tidak dianggap meskipun di depan kamera tv
Merenungi diri juga tidak menjadi pilihanku yang akan segera dengan cepat meluruhkanku”
Bibir lemah itu, begitu lemah namun suaramu lantang ketika menyebut Mu. “Allah lindungi aku, keluargaku, warga bangsaku dari segala prasangka dan kami dapat menyatu mengembangkan diri, menjadi negeri yang asri untuk dihuni.”
Menyusup ke dalam daging politisi menyerna membelah helai demi helai masalah
Aku menyebar ke dalam diri setiap wanita setiap pria, setiap anak setiap dewasa setiap engkau semuanya
Aku memasuki diri setiap semuanya
Ketika kuberada dalam aorta dekat dengan degup ketidak sabaran demonstran
Menerobos memasuki liang demi liang pemikirannya
Aliran darahnya begitu deras, menerobos batas logika membumbungkan ambisi dan ketidak sabarannya untuk mendekatkannya dengan kekuasaan
Itu sah saja, itu benar saja sebagaimana layaknya hujan yang turun disaat tidak dibutuhkan menyiram bumi, itu wajar saja. Sewajar sebagaimana lahar Gamalama menyembur dari perutmu menakuti warga terdekatnya, itu tidak luar biasa. Itu hanyalah fenomena yang jarang kita lihat sehingga menjadi suatu yang istimewa. Engkau masih belum dibutuhkan oleh jaman.
: kegelisahannya demikian cepat melaju berpacu mengungguli fana
Pada hakekatnya adalah
keseimbangan yang dapat ditafsirkan ganda dari sisi jahat dan sisi yang lain
Sebagai makhluk yang tidak berbobot, aku memang tidak bisa apa-apa
Kehidupan memang di design sedemikian rupa sehingga tidak menjemukan, penuh dengan gerakan, perubahan, ketidakstabilan, kemajemukan
yang dalam pandangan diriku yang menyebar sampai ke langit biru adalah bermakna rutinitas belaka, selalu berulang pada setiap dekate, ratusan,ribuan,jutaan tahun sekalipun.
Bahwa semua kita adalah pelaku dari perilaku yang sangat rutin
Aku semakin ingin, semakin menyebar sampai ke awan
Disitu kutemui kandungan air jenuh yang siap menerjunkan diri menjadi suatu berkah bagi umat manusia.
Dalam diri itu, semakin nampak bijak menurutku dapat memandang bumi dengan lebih luas, memandang dengan ukuran yang sekecil-kecilnya
Aku semakin ingin meluas, semakin tinggi karena dari ketinggian itu muncul kabijaksanaanku
Aku tengah membumbung tinggi kea wan, semakin kecil rumah tinggalku diantara kota, diantara pulau diantara negeri di dunia ini
Bagaimana hijaunya hutan di samping rumahku, tidak pernah kusadari
Sungai jernih yang melingkupi halamanku, belum membuatku merasakan kesejukan
Karena belum terkuak niatku untuk melakukan introspeksi ke dalam diri, betapa lemahnya diri ini, betapa tidak kuatnya pemikiranku untuk mencipta peluang seperti yang ada pada warga negeri maju
Semuanya memang harus dimulai dari diri ini.
Sementara pada diriku yang lain
Aku sedang menyusup pada pembesar, pemimpin, pembuat keputusan, yang memimpin 136 juta jiwa.
Marasuk ke dalam kecurigaannya, tentang dorongan membuat kebijakan yang justru akan menjerumuskannya pada problema yang lebih rumit
Dalam kehati-hatiannya, dalam menakar baik dan buruk, yang oleh sebagian orang adalah keterlambatan mengambil keputusan,
memaksa untuk cepat bertindak adalah bisa jadi suatu jebakan untuk menjerumuskan diri pada kesalahan yang akan menghancurkannya
Dari sisi kebijakannya, aku terus menerobos menembus hingga tembus aura yang memancarkan
Adalah cahaya
Adalah kharisma
Adalah dia yang dipilih oleh puluhan juta orang yang mengharapkan mukjizat dari tangannya.
Pandangan mata yang menyejukkan itu
Jangan kau ubah menjadi pandangan pemberontakan kedamaian
Karena itu adalah yang dapat mengalahkan opini publik yang diciptakan semena-mena
Aliran darahnya demikian hening, bagai air telaga beriak terkena angin sepoi-sepoi menyejukkan
Bersama oksigen mengalir kedalam pemikirannya, sekali-kali menyusup kepada pori-pori itu yang sangat lembut,
Tidak ada, mudah-mudahan tidak ada kutemukan niat jahat memainkan kekuasaannya, sebagaimana dicurigakan pada kebesaran pangkatnya
Menyebar, aku ingin terus menyebar ke dalam diri, ke dalam kamu, ke dalam makna
Pengusaha sukses yang selalu tidak puas dengan perlakuan negeri ini
Sebagai pembayar pajak besar, berkontribusi besar, memberi nafkah bagi banyak keluarga, memberi pekerjaan bagi banyak orang
Sementara di jalan raya tetap kena macet, dihantui ketakutan perampokan, pelayanan kewarganegaraan yang tidak diistimewakan, disuguhi pemandangan yang sumpek, kotor dan kesemrawutan lainnya yang ia alami, sungguh sangat tidak sebanding dengan apa yang telah ia sumbangkan pada Negara
Perlakuan yang lebih baik ditawarkan oleh Negara tetangga, menjadi investor di Negara lain yang siap memperlakukan sebagai warga Negara pilihan yang dimanja, kekayaan itu harusnya akan sebanding dengan kenikmatan hasil dari jerih payahnya.
Aku menyebar, terus menyebar terbang terbawa angin kemana-mana
Pada perusahaan milik Negara yang tidak pernah bisa bersaing dengan swasta murni, karena berbagai keharusan-keharusan yang kabarnya selalu menghambat pacuan larinya untuk mengejar mensejajarkan dengan yang lainnya
Mengikuti udara yang terbawa bersama darahnya, menyebar keseluruh raga, ke otak segala
Mengikuti aliran darah pegawai yang tidak korupsi.
Semangatnya terus menyala mengejar dahaga memuaskan insan secara merata
Demikian sibuknya ambisi memuaskan hasratmu menuntaskan tahap demi tahap persoalan
Meniti ilmu demi ilmu, melangkah demi masa depan, berkeringat demi sebuah nama
Adalah nama yang hanya bisa dia tinggalkan keanak cucu, maka itu jagalah agar ia tidak terjamah oleh noda
Pada dasarnya manusia sama
Darah yang mengalir lewat nadi, melewati ginjal, jantung, jari kuku dan benak
Anatomi yang hanya Engkau Allah yang tahu persis system itu bekerja secara sempurna
Itulah yang kutahu secara minimalis
Karena pengembaraanku yang aku tak tahu pasti
Kapan harus kuakhiri ini
Pada pengusaha yang curang, memanipulasi data, menjadikan catatan keuntungannya menjadi lebih kecil sehingga meniadakan kewajiban setor pajaknya, sedangkan kenikmatan subsidi bensin, subsidi listrik subsidi angkutan dan kenikmatan serta kemudahan lainnya kau serap dengan tanpa batas.
Inikah balasan bagi Negara yang mengatur insan berbangsa.
Aku menyelipkan diri diantara helai demi helai uang
Yang kemudian bergabung menjadi suatu angka 1.407 trilun
adalah berkat pengupulan pajak dan non pajak yang diperoleh secara ikhlas.
Untuk guru yang senantiasa berbakti tanpa mengenal lelah
Untuk membangun jalan agar lebih baik, mengatur pangan secara merata
Agar lembaga peradilan dapat berfungsi baik menegakkan hukum, menghukum yang salah
Membangun bendungan agar petani lebih mudah mendapat air untuk bertani
Membayar guru secara proporsional sesuai dengan jerih payahnya.
Mendanai propaganda ke luar negeri agar orang asing mau menginvestasikan dana disini
Aku menerobos kebanyak sekali aliran darah merah yang sehat dengan hb tinggi
Yang tidak pernah berhenti, memacu berkat semangat mengejar mensejajarkan diri dengan sekaum yang lain.
Detak jantungnya berdetak bagai hendak menyentakkan dunia menyatakan kami sedang berubah
Meskipun tidak secepat jepang, korea, china kemajuan itu adalah pasti ada
Mereka bisa katakan kami sudah lebih maju
Tidak ada lagi kini pengemis yang mengais makanan seperti pada jaman jaman terdahulu
Supir angkutan dengan bangga menjadi warga bangsa
“Kami telah berubah, sebagai supir angkutan bus umum, kemacetan tidak lagi bersumber dari angkutan umum, kami jauh lebih tertib dan beradab”
Tetapi aku kecewa ketika berada pada satu jiwa yang cenderung merusak tatanan yang ada
Koruptor yang tidak punya nurani
(Koruptor yang tidak sengaja
yang tidak tahu
yang dihasut dan dijerumuskan anak buahnya
yang pura-pura tidak tahu dan pura-pura terjerumus
yang memang tidak tahu dan tidak menikmati hasilnya
yang belum diputus pengadilan)
memang sulit dikelompokkan
Yang sebagian besar orang mencacinya sebagai manusia yang rendah dari yang terendah
Oleh sebagian besar kita
Tanpa menyadari dirinya pernah melakukannya
Di jalan raya ketika memotong jalan kendaraan lain
Di antrian tiket dan ATM ketika menyerobot antrian
Di stasiun kereta yang membeli tiket melalui calo, sementara memupus penumpang lain yang mengantri dari pagi
Pedagang yang dengan sengaja membayar kembalian kurang
Membuat pagar rumah hingga ke jalan milik umum
Pegawai yang menitip absen
Bahwa membuat sertifikat ganda melalui cara yang tidak legal demi mendapatkan ganti rugi gusuran rumah yang berlipat adalah koruptor juga yang harus diberantas dari negeri ini
Bahwa memanipulasi data untuk mengecilkan keuntungan sehingga berkurang setoran pajak dari yang seharusnya adalah musuh masyarakat.
Aku dengan terpaksa tidak dengan sengaja tiba-tiba berada pada nadi koruptor
Dengan pemikirian buruknya menyebar kedalam seluruh dagingnya, membusuk merasuki jiwanya
Dengan tega menebarkan kebusukannya pada keluarganya, isterinya, anaknya
Aku berada ditempat terburuk dari yang terburuk
Aku semakin meluas hingga batas cakrawala
Meninggi hingga batas yang tidak terhingga
Menjauh dari yang terjauh, mengukur waktu dari segala peradapan
Hanya satu yang dapat menghentikan petualanganku ini
Allah ya robbi
Bekasi, 30 Agustus 2010
Kadang membumbung tinggi, kadang mendatar menjangkau wilayah seluas aku bisa
Terbelah menjadi molekul-molekul, atom, proton, ion, energy
Membebaskan diri dari grafitasi bumi, dari masa, dari ujud, dari volume
Sehingga aku bisa melesat secepat yang kuingini, tanpa hambatan kepekatan udara,
Memasuki bermacam-macam diri melebur secara bersamaan, bersama nafas-nafas dari berbagai karakter jiwa
Mengamati gerak otot tangan-tangan petani, buruh pelabuhan, pemulung dan mbok-mbok pencuci baju harian, meregang ketika menyusun kekuatan
Terus menggerakkan otot-ototnya demi untuk menghidupi anak isteri, tanpa peduli adakah rezim ini menghiraukan dirinya untuk menjadi lebih baik dan lebih bermartabat; baginya martabat adalah kerja keras dan keringat yang mengalir ketika menerima imbalan bagi keluarga tersayang
Baginya,bermartabat bukannya mengukir namanya lewat opini
martabat bukanlah duduk dengan pongah di atas jok mobil mewah sambil melingkarkan tangannya pada pinggang perempuan.
Diri ini masih belum pantas untuk disebut berbakti pada negeri, pada lingkunganpun ia merasa tak perlu dipuja, diambil fotonya dicetak pada Koran oleh wartawan : “inilah kemiskinan yang melanda”.
Ia hanya tak paham, ketika bergelut dengan keringat, seluruh mata pembaca Koran meletakkan iba padamu, ketika namamu seolah mewakil I 4 juta penduduk miskin, kau tidak peduli, berharap dapat rejeki, itu hanyalah demi sebagaian pergerakan devisa yang menggeliatkan dunia usaha, tanpa berarti apaapa baginya.
Aku berada di salah satu sel di hati seorang supir taksi tua, menjalankan mobilnya secara terukur namun pasti
“Aku bukanlah siapa-siapa, tidak pantaslah aku menjadi pilihanmu untuk kau eksploitasi untuk mengingatkan dunia melawan rezim yang kau benci
Aku sudah tidak mempunyai itu, suaraku akan tidak dianggap meskipun di depan kamera tv
Merenungi diri juga tidak menjadi pilihanku yang akan segera dengan cepat meluruhkanku”
Bibir lemah itu, begitu lemah namun suaramu lantang ketika menyebut Mu. “Allah lindungi aku, keluargaku, warga bangsaku dari segala prasangka dan kami dapat menyatu mengembangkan diri, menjadi negeri yang asri untuk dihuni.”
Menyusup ke dalam daging politisi menyerna membelah helai demi helai masalah
Aku menyebar ke dalam diri setiap wanita setiap pria, setiap anak setiap dewasa setiap engkau semuanya
Aku memasuki diri setiap semuanya
Ketika kuberada dalam aorta dekat dengan degup ketidak sabaran demonstran
Menerobos memasuki liang demi liang pemikirannya
Aliran darahnya begitu deras, menerobos batas logika membumbungkan ambisi dan ketidak sabarannya untuk mendekatkannya dengan kekuasaan
Itu sah saja, itu benar saja sebagaimana layaknya hujan yang turun disaat tidak dibutuhkan menyiram bumi, itu wajar saja. Sewajar sebagaimana lahar Gamalama menyembur dari perutmu menakuti warga terdekatnya, itu tidak luar biasa. Itu hanyalah fenomena yang jarang kita lihat sehingga menjadi suatu yang istimewa. Engkau masih belum dibutuhkan oleh jaman.
: kegelisahannya demikian cepat melaju berpacu mengungguli fana
Pada hakekatnya adalah
keseimbangan yang dapat ditafsirkan ganda dari sisi jahat dan sisi yang lain
Sebagai makhluk yang tidak berbobot, aku memang tidak bisa apa-apa
Kehidupan memang di design sedemikian rupa sehingga tidak menjemukan, penuh dengan gerakan, perubahan, ketidakstabilan, kemajemukan
yang dalam pandangan diriku yang menyebar sampai ke langit biru adalah bermakna rutinitas belaka, selalu berulang pada setiap dekate, ratusan,ribuan,jutaan tahun sekalipun.
Bahwa semua kita adalah pelaku dari perilaku yang sangat rutin
Aku semakin ingin, semakin menyebar sampai ke awan
Disitu kutemui kandungan air jenuh yang siap menerjunkan diri menjadi suatu berkah bagi umat manusia.
Dalam diri itu, semakin nampak bijak menurutku dapat memandang bumi dengan lebih luas, memandang dengan ukuran yang sekecil-kecilnya
Aku semakin ingin meluas, semakin tinggi karena dari ketinggian itu muncul kabijaksanaanku
Aku tengah membumbung tinggi kea wan, semakin kecil rumah tinggalku diantara kota, diantara pulau diantara negeri di dunia ini
Bagaimana hijaunya hutan di samping rumahku, tidak pernah kusadari
Sungai jernih yang melingkupi halamanku, belum membuatku merasakan kesejukan
Karena belum terkuak niatku untuk melakukan introspeksi ke dalam diri, betapa lemahnya diri ini, betapa tidak kuatnya pemikiranku untuk mencipta peluang seperti yang ada pada warga negeri maju
Semuanya memang harus dimulai dari diri ini.
Sementara pada diriku yang lain
Aku sedang menyusup pada pembesar, pemimpin, pembuat keputusan, yang memimpin 136 juta jiwa.
Marasuk ke dalam kecurigaannya, tentang dorongan membuat kebijakan yang justru akan menjerumuskannya pada problema yang lebih rumit
Dalam kehati-hatiannya, dalam menakar baik dan buruk, yang oleh sebagian orang adalah keterlambatan mengambil keputusan,
memaksa untuk cepat bertindak adalah bisa jadi suatu jebakan untuk menjerumuskan diri pada kesalahan yang akan menghancurkannya
Dari sisi kebijakannya, aku terus menerobos menembus hingga tembus aura yang memancarkan
Adalah cahaya
Adalah kharisma
Adalah dia yang dipilih oleh puluhan juta orang yang mengharapkan mukjizat dari tangannya.
Pandangan mata yang menyejukkan itu
Jangan kau ubah menjadi pandangan pemberontakan kedamaian
Karena itu adalah yang dapat mengalahkan opini publik yang diciptakan semena-mena
Aliran darahnya demikian hening, bagai air telaga beriak terkena angin sepoi-sepoi menyejukkan
Bersama oksigen mengalir kedalam pemikirannya, sekali-kali menyusup kepada pori-pori itu yang sangat lembut,
Tidak ada, mudah-mudahan tidak ada kutemukan niat jahat memainkan kekuasaannya, sebagaimana dicurigakan pada kebesaran pangkatnya
Menyebar, aku ingin terus menyebar ke dalam diri, ke dalam kamu, ke dalam makna
Pengusaha sukses yang selalu tidak puas dengan perlakuan negeri ini
Sebagai pembayar pajak besar, berkontribusi besar, memberi nafkah bagi banyak keluarga, memberi pekerjaan bagi banyak orang
Sementara di jalan raya tetap kena macet, dihantui ketakutan perampokan, pelayanan kewarganegaraan yang tidak diistimewakan, disuguhi pemandangan yang sumpek, kotor dan kesemrawutan lainnya yang ia alami, sungguh sangat tidak sebanding dengan apa yang telah ia sumbangkan pada Negara
Perlakuan yang lebih baik ditawarkan oleh Negara tetangga, menjadi investor di Negara lain yang siap memperlakukan sebagai warga Negara pilihan yang dimanja, kekayaan itu harusnya akan sebanding dengan kenikmatan hasil dari jerih payahnya.
Aku menyebar, terus menyebar terbang terbawa angin kemana-mana
Pada perusahaan milik Negara yang tidak pernah bisa bersaing dengan swasta murni, karena berbagai keharusan-keharusan yang kabarnya selalu menghambat pacuan larinya untuk mengejar mensejajarkan dengan yang lainnya
Mengikuti udara yang terbawa bersama darahnya, menyebar keseluruh raga, ke otak segala
Mengikuti aliran darah pegawai yang tidak korupsi.
Semangatnya terus menyala mengejar dahaga memuaskan insan secara merata
Demikian sibuknya ambisi memuaskan hasratmu menuntaskan tahap demi tahap persoalan
Meniti ilmu demi ilmu, melangkah demi masa depan, berkeringat demi sebuah nama
Adalah nama yang hanya bisa dia tinggalkan keanak cucu, maka itu jagalah agar ia tidak terjamah oleh noda
Pada dasarnya manusia sama
Darah yang mengalir lewat nadi, melewati ginjal, jantung, jari kuku dan benak
Anatomi yang hanya Engkau Allah yang tahu persis system itu bekerja secara sempurna
Itulah yang kutahu secara minimalis
Karena pengembaraanku yang aku tak tahu pasti
Kapan harus kuakhiri ini
Pada pengusaha yang curang, memanipulasi data, menjadikan catatan keuntungannya menjadi lebih kecil sehingga meniadakan kewajiban setor pajaknya, sedangkan kenikmatan subsidi bensin, subsidi listrik subsidi angkutan dan kenikmatan serta kemudahan lainnya kau serap dengan tanpa batas.
Inikah balasan bagi Negara yang mengatur insan berbangsa.
Aku menyelipkan diri diantara helai demi helai uang
Yang kemudian bergabung menjadi suatu angka 1.407 trilun
adalah berkat pengupulan pajak dan non pajak yang diperoleh secara ikhlas.
Untuk guru yang senantiasa berbakti tanpa mengenal lelah
Untuk membangun jalan agar lebih baik, mengatur pangan secara merata
Agar lembaga peradilan dapat berfungsi baik menegakkan hukum, menghukum yang salah
Membangun bendungan agar petani lebih mudah mendapat air untuk bertani
Membayar guru secara proporsional sesuai dengan jerih payahnya.
Mendanai propaganda ke luar negeri agar orang asing mau menginvestasikan dana disini
Aku menerobos kebanyak sekali aliran darah merah yang sehat dengan hb tinggi
Yang tidak pernah berhenti, memacu berkat semangat mengejar mensejajarkan diri dengan sekaum yang lain.
Detak jantungnya berdetak bagai hendak menyentakkan dunia menyatakan kami sedang berubah
Meskipun tidak secepat jepang, korea, china kemajuan itu adalah pasti ada
Mereka bisa katakan kami sudah lebih maju
Tidak ada lagi kini pengemis yang mengais makanan seperti pada jaman jaman terdahulu
Supir angkutan dengan bangga menjadi warga bangsa
“Kami telah berubah, sebagai supir angkutan bus umum, kemacetan tidak lagi bersumber dari angkutan umum, kami jauh lebih tertib dan beradab”
Tetapi aku kecewa ketika berada pada satu jiwa yang cenderung merusak tatanan yang ada
Koruptor yang tidak punya nurani
(Koruptor yang tidak sengaja
yang tidak tahu
yang dihasut dan dijerumuskan anak buahnya
yang pura-pura tidak tahu dan pura-pura terjerumus
yang memang tidak tahu dan tidak menikmati hasilnya
yang belum diputus pengadilan)
memang sulit dikelompokkan
Yang sebagian besar orang mencacinya sebagai manusia yang rendah dari yang terendah
Oleh sebagian besar kita
Tanpa menyadari dirinya pernah melakukannya
Di jalan raya ketika memotong jalan kendaraan lain
Di antrian tiket dan ATM ketika menyerobot antrian
Di stasiun kereta yang membeli tiket melalui calo, sementara memupus penumpang lain yang mengantri dari pagi
Pedagang yang dengan sengaja membayar kembalian kurang
Membuat pagar rumah hingga ke jalan milik umum
Pegawai yang menitip absen
Bahwa membuat sertifikat ganda melalui cara yang tidak legal demi mendapatkan ganti rugi gusuran rumah yang berlipat adalah koruptor juga yang harus diberantas dari negeri ini
Bahwa memanipulasi data untuk mengecilkan keuntungan sehingga berkurang setoran pajak dari yang seharusnya adalah musuh masyarakat.
Aku dengan terpaksa tidak dengan sengaja tiba-tiba berada pada nadi koruptor
Dengan pemikirian buruknya menyebar kedalam seluruh dagingnya, membusuk merasuki jiwanya
Dengan tega menebarkan kebusukannya pada keluarganya, isterinya, anaknya
Aku berada ditempat terburuk dari yang terburuk
Aku semakin meluas hingga batas cakrawala
Meninggi hingga batas yang tidak terhingga
Menjauh dari yang terjauh, mengukur waktu dari segala peradapan
Hanya satu yang dapat menghentikan petualanganku ini
Allah ya robbi
Bekasi, 30 Agustus 2010
Jumat, 23 April 2010
poem 2010
puisi pertama
aku masih belum merasakan sekian tahunku tinggal di tanah air ini berarti
tahun-tahun ku itu tidak membuat gundah ini berlalu
bahkan pucuk cemara aloon-aloon di pusat kota yang sampai sekarang masih
terlihat melambai kan daunmu memanggilku ....... kemari
barangkali ada suatu yang akan kau bisikkan ditelingaku ketika waktuku sibuk mendatangi propaganda politikus untuk membrangus pegawai yang terkena kasus
aku masih berpikir, ada harapanku mengalami negeri setertib impian aktivis waktu itu
pemberian tidak legal dan penerimaan materi yang berpotensi melencengkan niat tulusnya suatu peraturan yang membikin tertibnya negara ini
aku masih tidak percaya, masih limbung aku ketika kuinjak tanah yang sama pada sekian tahun yang lalu
ketika harapanku memuncak meraih kenyataan menyaksikan negeri ini terbebas dari apa itu korupsi
sekian tahunku berdiri disini
tidak juga mendatangkan perbaikan yang berarti
adalah generasi ini juga yang menggemborkan pemberantasan korupsi dan pelarangan gratifikasi
adalah generasi ini juga yang meneriakkan dengan lantang buktikan secara terbalik
aku masih belum bisa mengucapkan suatu kata meskipun lirih
negeri ini memang sayang untuk ditinggal
tetapi makin tidak nyaman untuk tetap berdiam diri
adakah akan tiba saatnya kelak
penegak dan pemberi keadilan menjalankan fungsinya dengan baik
sehingga tidak perlu lagi komisi a komisi z yang bisa jadi menjungkirkan tatanan bakunya
tidak saling serang melalui senjata ampuhnya yang saat sekarang ini diperebutkan,
opini publik
ya, opini publik bisa saja dibentuk berdasarkan kepentingan suatu kelompok dan golongan tertentu
bahkan oleh orang diluar sana, yang menjadi investor pertanian kangkung disini misalnya
maka., demi suara rakyat yang tidak cakap beropini mengharapkan
negeri ini segera terbebas dari saling fitnah dan saling membunuh karakter
saling bertengkar melempar tanggungjawab
mari
berkelompoklah kita sesama yang mempunyai ketidaknyamanan menyaksikan etalase memajang adegan yang menggelapkan mata
memerangi sandiwara ini untuk segera diakhiri
petani, pedagang, penjual sayur, tukang tambal ban, penarik ojek, makelar, pilot, tukang kebun, dokter hewan – gigi – manusia, panjaga museum, pengatur penerbangan, penarik becak dan sejuta profesi lain yang dengan ini tidak pandai beropini sebagaimana disuarakan oleh pemilik kepentingan dan oleh karenanya dengan ini menolak dengan ikhlas bahwa opini publik itu bukanlah suara bulat seluruh penghuni negeri ini.
barangkali jumlah anggota kelompok itu lebih banyak dari yang ada di facebook atau pooling portal di dunia maya atau yang masuk tv diwawancara,
tetapi dengan ikhlas juga kami ingin sampaikan bahwa
kebutuhan perut tidak bisa ditunda
perbaikan memang dirasa ada
namun lonjakan adalah tiada
walaupun kesempatan sudah tiada
tinggal harapan bagi kaum muda
yang saat ini ada
tanamkan tekad di dada
terbang setinggi garuda
maksimalkan dengan modal yang ada
ciptakan kesejahtaraan rakyat menjadi ada
masukkan tikus-tikus dalam keranda
bekasi, 23-04-2010
aku masih belum merasakan sekian tahunku tinggal di tanah air ini berarti
tahun-tahun ku itu tidak membuat gundah ini berlalu
bahkan pucuk cemara aloon-aloon di pusat kota yang sampai sekarang masih
terlihat melambai kan daunmu memanggilku ....... kemari
barangkali ada suatu yang akan kau bisikkan ditelingaku ketika waktuku sibuk mendatangi propaganda politikus untuk membrangus pegawai yang terkena kasus
aku masih berpikir, ada harapanku mengalami negeri setertib impian aktivis waktu itu
pemberian tidak legal dan penerimaan materi yang berpotensi melencengkan niat tulusnya suatu peraturan yang membikin tertibnya negara ini
aku masih tidak percaya, masih limbung aku ketika kuinjak tanah yang sama pada sekian tahun yang lalu
ketika harapanku memuncak meraih kenyataan menyaksikan negeri ini terbebas dari apa itu korupsi
sekian tahunku berdiri disini
tidak juga mendatangkan perbaikan yang berarti
adalah generasi ini juga yang menggemborkan pemberantasan korupsi dan pelarangan gratifikasi
adalah generasi ini juga yang meneriakkan dengan lantang buktikan secara terbalik
aku masih belum bisa mengucapkan suatu kata meskipun lirih
negeri ini memang sayang untuk ditinggal
tetapi makin tidak nyaman untuk tetap berdiam diri
adakah akan tiba saatnya kelak
penegak dan pemberi keadilan menjalankan fungsinya dengan baik
sehingga tidak perlu lagi komisi a komisi z yang bisa jadi menjungkirkan tatanan bakunya
tidak saling serang melalui senjata ampuhnya yang saat sekarang ini diperebutkan,
opini publik
ya, opini publik bisa saja dibentuk berdasarkan kepentingan suatu kelompok dan golongan tertentu
bahkan oleh orang diluar sana, yang menjadi investor pertanian kangkung disini misalnya
maka., demi suara rakyat yang tidak cakap beropini mengharapkan
negeri ini segera terbebas dari saling fitnah dan saling membunuh karakter
saling bertengkar melempar tanggungjawab
mari
berkelompoklah kita sesama yang mempunyai ketidaknyamanan menyaksikan etalase memajang adegan yang menggelapkan mata
memerangi sandiwara ini untuk segera diakhiri
petani, pedagang, penjual sayur, tukang tambal ban, penarik ojek, makelar, pilot, tukang kebun, dokter hewan – gigi – manusia, panjaga museum, pengatur penerbangan, penarik becak dan sejuta profesi lain yang dengan ini tidak pandai beropini sebagaimana disuarakan oleh pemilik kepentingan dan oleh karenanya dengan ini menolak dengan ikhlas bahwa opini publik itu bukanlah suara bulat seluruh penghuni negeri ini.
barangkali jumlah anggota kelompok itu lebih banyak dari yang ada di facebook atau pooling portal di dunia maya atau yang masuk tv diwawancara,
tetapi dengan ikhlas juga kami ingin sampaikan bahwa
kebutuhan perut tidak bisa ditunda
perbaikan memang dirasa ada
namun lonjakan adalah tiada
walaupun kesempatan sudah tiada
tinggal harapan bagi kaum muda
yang saat ini ada
tanamkan tekad di dada
terbang setinggi garuda
maksimalkan dengan modal yang ada
ciptakan kesejahtaraan rakyat menjadi ada
masukkan tikus-tikus dalam keranda
bekasi, 23-04-2010
Selasa, 13 April 2010
KALI LOJI
KALI LOJI
(Boso Pekalongan)
Siji-sijine kali sing ngliwati kota Pekalongan, sak ngertiku yo mung kali Loji. Wit soko Sapuro trus ngliwati Kauman, Kergon, Pesindon, Gambaran, sepanjang jalan Diponegoro sampek tekan ngeboom.
Sak durunge tekan ngeboom ono kali cilik sing bermuara nang kali iku yoiku kali sepucung, ono brook cilik sing cukup terkenal yoiku brook sepucung, kaline cilik tur karena wis sejajar karo permukaan laut dadi yo ketok ora jalan, mung koyo genangan tok.
Bruk sepcung iku mbiyek terkenal angker. Karena nggone sepi adoh soko perumahan tur peteng dadi ndadekke suasana tambah angker. Opo meneh dihubung-hubungke karo crito mistis Den Ayu Lanjar (Ratu Kidule pesisir Lor).
Jaman mbiyen pemukiman keluarga memang ora iso adoh soko kali. Karena pada dasarnya menungso memang ora biso lepas karo sing jenenge banyu utowo kali utowo kalen nek cilik,. baik banyune sing dienggo kebutuhan urip, utowo hasil ikannya sing biso dikonsumsi. Dadi, kuto-kuto sing cedak kali bisa jadi berawal dari kehidupan menungso sejak jaman mbiyen banget. Paling ora sak durunge ono sistem irigasi sing bisa nyebar alirane kali ben biso menjangkau tempat sing luwih ombo.
Nek musim ketigo, kali loji kuwi warnane biru kehijau-hijauan, ketoke tenang karena memang kemiringane memang ora pati nemen. Bedo karo nek wayahe musim udan kaline dadi warnane coklat, karena karo nggowo larutan tanah soko pegunungan sing kegowo udan.
Kali loji iku juga bisa dinggo alat transportasi pertanian soko hulu. Ning cedak deso Sapuro ono sing buka usaha pring / bambu. Pring-pring sing soko nduwur dirakit dadi gethek, trus mung dikelekke thok, karo ono wong siji sing njogo karo mengendalikan lakune pring utowo gehek iku nganggo tongkat.
AJAR NGLANGI
Mergo kali sing ketoke tenang lan adem kuwi ndadekke sopo wae kepingin nyemplung nek mangso ketigo. Ora kejobo sing nggawe crito iki. Dek jaman cilikanku ajar nglangine yo ning kali loji iku, tepate ning cedak jembatan kereta api sing ning jalan Kartini iku.
Awan-awan bar mulih sekolah khan biasane ada acara makan siang dan tidur siang. Pada waktu tidur siang iku, disaat omah sepi kuwi, ono kesempatan metu liwat tembok mburi. Biasane wis ono cah-cah liyo sing nduwe niat podo yoiku kungkum ning kali loji, utowo ajar nglangi, soale mbiyen durung ono kolam renang.
Sakdurunge mangkat biasane ono sing nggowo gedebok / wit gedang sing wis ditegor, nggo ajar nglangi.
Sak rombongan biasane ono cah papat tekan wolu, biasane yo ono sing dituakke sing wis pinter nglangi, mlaku kiro-kiro 1 km ngliwati brook sepur.
Sing ora biso nglangi tur ora nduwe niat sinau nglangi yo mung kungkum thok nang pinggiran sing cetek. Sangsoyo menengah sangsoyo jeru,nganti kedalaman maksimal yo sekitar rong meteran. Ning tengah-tengah kali ndilalah ono tanggul bekas nggo nggawe brook sepur sing iso nggo ngadeg tanpo harus berenang, nek ngadeg ning tanggul iku yo banyune kali dadi sak weteng. Tanggul iku sing ngerti posisine yo cah tertentu tok karena nggone nang tengah kali tur ora ketok soko daratan. Isone mung diraba-raba thok karo nganggo feeling.
Lha posisine sing ngajar nglangi kuwi ngadeg ning tanggul iku. Siji-siji gentenan cah-cah mulai ajar nglangi nganggo gedebok sing wis disiapke soko ngomah. soko pinggir kali tekan cah sing ngajari nglangi sing wis ngadek ning tengah kali. Ora diajari carane koyo opo, sing penting cah-cah mau biso jalan tekan tengah kali. Nek wis tekan tengah ditampani karo sing ngajar nglangi trus disurung bali meneh tekan pinggir.
Mbuh karena biasa mbuh karena nemu gayane dewe-dewe cah-cah mau suwi-suwi yo biso dewe. Patokane biso nglangi nek wis biso nyabrang kali ora nganggo gedebok. Gayane yo wis awur-awuran sing penting biso nyabrang.
Ajar nglangi kuwi biasane memang dilakukan pas musim ketigo, disaat banyu kali ketok bening karo aruse lemah, dadi oran ono bahaya kintir utowo hanyut.
Tahu kedaden, ndilalah aku dewe sing ngalami, pas aku nyabrang, critane wis biso nglangi sitik-sitik, pas tekan tengah ujug-ujug aruse dadi kuat, nganti aku berusaha sekuat tenaga cepet-cepet ben tekan sabrang. Yo bener si akhirne biso tekan sabrang, tapi karena kuatnya arus kuwi, aku kegowo kiro-kiro 20 meteran dari sebrang sing dadi tujuanku. Ngrusuk ninggone semak-semak. Yo iku kejadian sing ora terduga, nek udan ning gunung khan ora bisa di perkirakan, meskipun di musim ketigo. .... Slameeeeet slamet.
KOLEKAN
Yo jenenge be isih cilik, opo-opo pingin dicoba. Weruh kali sing tenang, tur bening (yo relatif kelihatan bening lah), nek pas panas-panas khan pengine dolan ning kali. Isih jaman semono isih akeh sing nduwe prau utowo sampan. Biasane yo dienggo angkutan sing cedak-cedak utowo nyebrang kali.
Prau kuwi biso di sewo nek pas ora dienggo. Sak prahu iso nggo wong papat, sak prahu disediakke rong kolek (kolek = dayung). Donge aturanne si kudu biso nglangi ndisik sak durunge nggowo prahu, kuatire nek ono opo-opo ning tengah kali. Tur meneh wong sing wis biso nglangi jarene bedho. Nek durung biso nglangi corone munggah prau be wis wedi-wedi, dadi marakke prau dadi ora imbang utowo oleng. Bedo karo sing wis biso nglangi munggahe biso tenang dadi malah bisa nggawe prahu seimbang,ora goyang.
Kolekan kuwi soko tembung kolek=dayung, dadi kolekan yo nunggang prau sing didayung, nganggo kolek/dayung. Sak ngertiku sing sering nyewakke prau nggone ning mburi cedak SMA sing ning jalan Kartini, deke nduwe ono beberapa prau.
Rutene prau memang terbatas, paling yo sepanjang kali iku. Sepanjang aku ngalami si paling adoh nek ngidul yo tekan jembatan Sapuro Grogolan, nek ngalor yo paling adoh tekan jalan Diponegoro.
Nek arah kidul memang rodo abot, soale nentang arus. Biasane memang paling enak yo arah ngalor, soale enteng ngikuti arus. Ora mikir baline dadi abot karena nentang arus.
Ing sak wijining dino, aku karo sedulurku (kakak dan sepupu) nyewo prau nggo kolekan nggo ngisi wektu libur. Sing nunggang ono wong papat, sing ngoleki wong loro gentenan. Soko mburi SMA trus ngalor, karena mengikuti arus dadi enteng, alon-alon karo ndeleng pemandangan kiwo tengen.
Dasar musim ketigo dadi aruse ora kenceng, howone juga semilir wis pokoke marakke ngantuk. Karo ngileng-ngileng pemandangan kiwo tengen, pemandangan sing jarang tak weruhe, dari mulai rimbunan wit-witan nganti tembok-tembok sing duwur koyo benteng.
Tembok duwur sing koyo benteng kuwi jare pancen digawe margo mbiyen akeh begal rampok sing lewat kali kuwi, karena dianggep luwih aman, mergo ora ono patroli polisi. Tur biasane mburi omah khan pertahanane keamanane khan pancen kurang. Kanggone begal rampok juga gampang mlayune seandainya konangan.
Omah-omah sepanjang gambaran tekan pasar sentiling pancen temboke duwur-duwur.
Wektu iku wis tekan jalan Diponegoro, selain wektune wis awan juga pemandangan wis ora pati menarik meneh karena wis nyedaki dalan Diponegoro. Setelah rembugan sedelo trus mbalik arah menuju tempat asal, ngidul nentang arus. Memang rodo abot si tapi karena ora ndowe pilihan, satu-satunya dalan mulih yu kuwi.
Nembe mlaku kiro-kiro seprapat jaman arah mbalik, ujug-ujug ono sesuatu ning ngarep prahu ning tengah-tengah kali.. Barang kuwi mandeg biarpun keno arus kali. Mbuh sopo sing ngomong pertama aku ra pati nggatekke tiba-tiba ono sing nggembor “ ...... boyo .....”. Lha ora dikon meneh langsung do panik ra, pak mlayu ora biso mlayu, pak mundur ngko malah adoh soko ngomah, akhire dengan sekuat tenaga cepet-cepet prau dikoleki minggir. Trus podo balapan munggah ndarat.
Ono wong sing nyuci ning pinggir kali yo di gembori “ mbok ..... ono boyo mbok...”. Karepe ben ngadohi kali kuwi ben ora dicaplok boyo. Mbok-mbok sing digembori tenang tok, mbuh ora krungu mbuh opo, dikirone khan ora krungu, digembori pisan meneh “ enten boyooooo mbok...”. Si mbok mau noleh, bar kuwi neruske nyucine.
Barang mau tetep mandeg, nentang arus kali, bentuke memang koyo congor boyo. Niate si ngadohi kali ben nek dioyak boyo gampalng mlayune.
Bareng wis tekan nduwur, karena penasaran trus mengo meneh, pengine ndelok posisine “boyo” mau. Jebul bareng didelok soko nduwur nembe kethok nek barang mau jebule dudu boyo, jebule semacam bekas wit klopo sing tegak ngadek soko dasar kali. Kabeh langsung do ngguyu kemekelen. Menertawakan dirinya sendiri.
Pas mau dong mangkat khan kearah ngalor, mungkin kaline isih rodo kebak dadi wit klopo mau durung kethok, alias klelep. Tapi bareng baline, mungkin pasokan banyu soko pegunungan wis rodo kurang dadi duwur permukaan kali mau rodo mudun. Akibate yo wit klopo sing tegak nang tengah kali mau muncul, nek didelok sejajar (ora soko nduwor) persis koyo moncong boyo ......
Bar kuwi mbuh karena trauma mbuh karena kesibukan masing-masing wis ora tahu kolekan meneh.
Huuuuuh
Jakarta, 12 April 2010
SUNGAI LOJI
Satu-satunya sungai yang melewati kota Pekalongan, setahu saya hanya sungai Loji. Dimulai dari Desa Sapuro terus melewati Kauman, Kergon, Pesindon, Gambaran, sepanjang jalan Diponegoro sampai ke pantai.
Sebelum sampai pantai / ngeboom ada sungai kecil yang bermuara di Sungai Loji, yaitu kali Sepucung, ada jembatan kecil yagn cukup dikenal yaitu jembatan Sepucung, sungainya kecil juga karena posisinya sejajar dengan permukaan laut jadi tidak ada arus, hanya seperti genangan saja.
Jembatan Sepucung itu dulu terkenal angker. Karena letaknya sepi dan jauh dari perkampungan, selain itu gelap, hingga menjadikan suasana jadi tambah angker. Apalagi dihubung-hubungkan dengan ceritanya Den Ayu Lanjar (Ratu Kidulnya psisir Utara).
Jaman dahulu pemukiman keluarga memang tidak bisa jauh dari sungai. Karena memang pada dasarnya manusia tidak bisa jauh dari air atau sungai. dari mulain airnya ygn untuk kebutuhan hidup seperti memasak atau hasilnya yan gbisa dikonsumsi. Kota-kota yang dekat dengan sungai bisa jadi berasal dari sejak manusia jaman dulu sekali. paling tidak sebelumditemukannya istem irigasi yang bisa menyebarkan air ke wilayah yan glebih luas.
Kalau mism kemarau, sungai itu berwarna biru agak kehijauan, kelihatannya tenang karena memang kemiringannya yang tidak begitu miring. Beda dengan dimusim hujan, sungainya berwarna coklat, karena membawa lumpur sewatu hujan.
Sungai loji, juga bisa buat alat transportasi pertanian dari hulu. Penjual /petani bambu kalau mengirimkannya ke agen hanya menghanyutkan saja bambu itu dengan cara diikat menjadi suatu gethek, dan dikendalikan oleh satu orang yang membawa tongkat panjang.
BELAJAR BERENANG
Karena kalinya kelihatan jernih dan tenang maka menjadikan siapa saja ingin berendam apabila musim kemarau. Tanap kecuali yang mebuat cerita ini. Pada jaman kecilku belajar berenang di sungai itu, tepatnya di dekat jembatan kereta api di Jalan Kartini.
Sing-sing setelah pulang sekolah biasanya ada acara makan siang dan tidur siang. Diwaktu tidur siang inilah kondisi rumah sedang sepi, maka ada kesempatan keluar rumah melewati tembok belakang rumah. Biasanya ada anak-anak yang punya niat sama yaitu berendam di kali, atau belajar berenang. Soalnya dulu di Pekalongan belum ada kolam renang.
Sebelum berangkat biasanya ada yang membawa batang pisang yang sudah diambil buahnya, untuk belajar berenang.
Rombongan biasanya ada empat sampai delapan anak, biasanya ada yang dituakan yang bisa berenang. Jalan kaki sekitar 1 km melewati jalan jembatan kereta api.
Yang tidak bisa berenang dan tidak punya niat belajar hanya berendam saja di pinggiran kali yang dangkal. Agak ketengan kali semakin dalam sampai kedalaman maksimal sekitar 2 meteran. Di tengah-tengah kebetulan ada tonggak yang bisa buat berdiri tanpa harus berenang,jika berdiri ditonggak itu ketinggian airnya seperut. Tanggul itu posisinya hanya ornag tertentu saja yang tahu, karena tidak kelihatan dari luar, hanya bisa diraba-raba saja.
Posisi pengajar renang adalah berdiri di tonggak itu. Anak-anak gantian diajar renang, dengan cara memakai batang pisang yang sudah dibawa tersebut dari pinggir menuju ke tempat orang ditengah kali itu dengan menggunakan batang pisang. Tidak diajar cara dan metoda apapun, asal bisa maju saja sudah dianggap bisa, Setelah sampai ditengah disambut oleh anak yang ngajar renang tai dankemudian diorong lagi sampai ke pinggir, begitu gantian dan berulang-ulang.
Entah karena biasa atau karena mereka menemukangayanya sendiri-sendiri akhrinya bisa juga tuh. Dengan gaya yang tidak teratur, Asal sudah bisa nyebrang sungai bearti sudah bisa dianggap bisa.
Belajar berenang biasanya dilakukanpas musim kemarau. disaat arus air tidak kencang jadi tidak kuwatir terbawa arus sungai.
Pernah kejadian, kebetulan saya alami sendiri, sewaktu nyeberang karena baru bisa berenang, sewaktu berada ditengah tiba-tiba arusnya jadi kuat, sampai berusaha sekuat-kuatnya untuksampai keseberang. Ya memang akhirnya sampai juga ke seberang, tapikarena kuatnya arus tersebut akhirnya terseret sekitar 20 meteran dari tempat yang menjadi tujuan saya. Samai disemak-semak. ya itu kejadian yag tidak terduga, kalau hujan di pegunungan siapa yang tahu bahkan musim kemaraupun bisa juga.
MENDAYUNG
Ya namanya masih kecil, semuanya serba pengen mencoba, melihat sungai yang tenang dankelihatan bersih (menurutku waktu itu) di saat panas seperti ini penginnya sih mainnyadi deket sungai. Waktu itu memang masih banyak yang mempunyai prau kecil.
Prau tersebut biasanya disewakan apabila tidak di[akai sendiri.
Setahu saya dulu yang menyewakan prau dan mempunyai beberapa adanya di belakang SMA yang di Jalan Kartini.
Route perjalanan kalau ke arah selatansampai dengan jembatan Grogolan seddangkan kalau sampai ke Utara paling jauh sampai jalan Diponegoro.
Kalauk e arah selatan memang lebih berat mendayungnya karena menentang arus.
Suatu ketika bersama saudara, menyewa prau untk mengisi waktu libur. Kami berempat mulai rute dari belakang SMA ke arah Utara berarti mengikuti arus, jaan pelan-pelan sambil menikmati angin sepoi-sepoi dan pemandangan yang lain dari yang lain, dari muali pohon-pohon yang rimbun sampai ke bangunan-bangunan yang kadang-kadang menemukan rumah dengan tembok dinding yang sangat tinggi dan kuat.
Tembok tinggi seperti benteng itu dibuat memang untuk menghindari orang-orang jahat memasukirumahny adri belakang rumah, karena biasanya sering juga tamu yang tidak diundang lebih sering datangnya dari arah sungai karena dianggap lebih aman pbagi para penjahat, karena jarang ada patroli polisi.
Rumah dari pasar Sentiling hingga jalan Diponegoro temboknya tinggi-tinggi.
Setelah sampai sekitar jalan Diponegoro kami memutuskan untuk embali, agak berat memang kayuhan dayungnya kaena menentang arus.
Seteah perjalanan seperempat jam arah kembali, tiba-tiba ami melihat sesuatu dihadapan kami, ditengah-tengah kali, barang itu diam biarpun kena arus sungai. Entah siapa yang berterian pertama aku nggak begitu paham “ ..... bauayaaaa “. Lah langsung saja kami panik diatas prau ini, mau lari nggak bisa mau jalan mundur malah menjauhi rumah, Akhirnya dengna panik kami menepi.
Ada ibu-ibu sedang mencuci pakaian dipinggir kali itu langsung kamiteriaki “ ...... bua ada buayaaaa....” Ibu-ibu masih tenang saj mencuci pakaian. karena khawatir orang itu tidak dengar maka diteriaki lagi ibu-ibu iu dengan suara ang lebih keras “ buuuuu ...... ada buayaaaaa .....” Maksudnya agar ibu-ibu itu menjauhi pinggiran kali itu. Ibu-ibu itu menoleh sebentar tetapi dengan tenangnya terus mencuci pakaian.
Kami segera menjauhi pinggiran sungai itu memanjat kearah atas menjauhi sungai.
Setelah dari atas dari posisi agak atas, kami baru melihat dengan jelas benda yang kami kira buaya itu, dari atas kelihatan bahwa benda itu adalah sebatang kau atau tonggak yang tegak tertanam di tengah sungai. Memang dari arah yang sejajar nampak seperti moncong buaya.
Pada waktu berangkat memang air sungai relatif lebih sehingga batang kayu yang seperti buaya itu tenggelam, Setelahkembali kebetulan air agak menyusu lebih rendah jadi kayu itu muncul, persisi seperti moncong buaya.
Setelah peristiwa itu, entah karena trauma atau karena kesibukan atau kaena apa kai sudah tidak pernah mendayung lagi.
Huh
jakarta 12 April 2010
(Boso Pekalongan)
Siji-sijine kali sing ngliwati kota Pekalongan, sak ngertiku yo mung kali Loji. Wit soko Sapuro trus ngliwati Kauman, Kergon, Pesindon, Gambaran, sepanjang jalan Diponegoro sampek tekan ngeboom.
Sak durunge tekan ngeboom ono kali cilik sing bermuara nang kali iku yoiku kali sepucung, ono brook cilik sing cukup terkenal yoiku brook sepucung, kaline cilik tur karena wis sejajar karo permukaan laut dadi yo ketok ora jalan, mung koyo genangan tok.
Bruk sepcung iku mbiyek terkenal angker. Karena nggone sepi adoh soko perumahan tur peteng dadi ndadekke suasana tambah angker. Opo meneh dihubung-hubungke karo crito mistis Den Ayu Lanjar (Ratu Kidule pesisir Lor).
Jaman mbiyen pemukiman keluarga memang ora iso adoh soko kali. Karena pada dasarnya menungso memang ora biso lepas karo sing jenenge banyu utowo kali utowo kalen nek cilik,. baik banyune sing dienggo kebutuhan urip, utowo hasil ikannya sing biso dikonsumsi. Dadi, kuto-kuto sing cedak kali bisa jadi berawal dari kehidupan menungso sejak jaman mbiyen banget. Paling ora sak durunge ono sistem irigasi sing bisa nyebar alirane kali ben biso menjangkau tempat sing luwih ombo.
Nek musim ketigo, kali loji kuwi warnane biru kehijau-hijauan, ketoke tenang karena memang kemiringane memang ora pati nemen. Bedo karo nek wayahe musim udan kaline dadi warnane coklat, karena karo nggowo larutan tanah soko pegunungan sing kegowo udan.
Kali loji iku juga bisa dinggo alat transportasi pertanian soko hulu. Ning cedak deso Sapuro ono sing buka usaha pring / bambu. Pring-pring sing soko nduwur dirakit dadi gethek, trus mung dikelekke thok, karo ono wong siji sing njogo karo mengendalikan lakune pring utowo gehek iku nganggo tongkat.
AJAR NGLANGI
Mergo kali sing ketoke tenang lan adem kuwi ndadekke sopo wae kepingin nyemplung nek mangso ketigo. Ora kejobo sing nggawe crito iki. Dek jaman cilikanku ajar nglangine yo ning kali loji iku, tepate ning cedak jembatan kereta api sing ning jalan Kartini iku.
Awan-awan bar mulih sekolah khan biasane ada acara makan siang dan tidur siang. Pada waktu tidur siang iku, disaat omah sepi kuwi, ono kesempatan metu liwat tembok mburi. Biasane wis ono cah-cah liyo sing nduwe niat podo yoiku kungkum ning kali loji, utowo ajar nglangi, soale mbiyen durung ono kolam renang.
Sakdurunge mangkat biasane ono sing nggowo gedebok / wit gedang sing wis ditegor, nggo ajar nglangi.
Sak rombongan biasane ono cah papat tekan wolu, biasane yo ono sing dituakke sing wis pinter nglangi, mlaku kiro-kiro 1 km ngliwati brook sepur.
Sing ora biso nglangi tur ora nduwe niat sinau nglangi yo mung kungkum thok nang pinggiran sing cetek. Sangsoyo menengah sangsoyo jeru,nganti kedalaman maksimal yo sekitar rong meteran. Ning tengah-tengah kali ndilalah ono tanggul bekas nggo nggawe brook sepur sing iso nggo ngadeg tanpo harus berenang, nek ngadeg ning tanggul iku yo banyune kali dadi sak weteng. Tanggul iku sing ngerti posisine yo cah tertentu tok karena nggone nang tengah kali tur ora ketok soko daratan. Isone mung diraba-raba thok karo nganggo feeling.
Lha posisine sing ngajar nglangi kuwi ngadeg ning tanggul iku. Siji-siji gentenan cah-cah mulai ajar nglangi nganggo gedebok sing wis disiapke soko ngomah. soko pinggir kali tekan cah sing ngajari nglangi sing wis ngadek ning tengah kali. Ora diajari carane koyo opo, sing penting cah-cah mau biso jalan tekan tengah kali. Nek wis tekan tengah ditampani karo sing ngajar nglangi trus disurung bali meneh tekan pinggir.
Mbuh karena biasa mbuh karena nemu gayane dewe-dewe cah-cah mau suwi-suwi yo biso dewe. Patokane biso nglangi nek wis biso nyabrang kali ora nganggo gedebok. Gayane yo wis awur-awuran sing penting biso nyabrang.
Ajar nglangi kuwi biasane memang dilakukan pas musim ketigo, disaat banyu kali ketok bening karo aruse lemah, dadi oran ono bahaya kintir utowo hanyut.
Tahu kedaden, ndilalah aku dewe sing ngalami, pas aku nyabrang, critane wis biso nglangi sitik-sitik, pas tekan tengah ujug-ujug aruse dadi kuat, nganti aku berusaha sekuat tenaga cepet-cepet ben tekan sabrang. Yo bener si akhirne biso tekan sabrang, tapi karena kuatnya arus kuwi, aku kegowo kiro-kiro 20 meteran dari sebrang sing dadi tujuanku. Ngrusuk ninggone semak-semak. Yo iku kejadian sing ora terduga, nek udan ning gunung khan ora bisa di perkirakan, meskipun di musim ketigo. .... Slameeeeet slamet.
KOLEKAN
Yo jenenge be isih cilik, opo-opo pingin dicoba. Weruh kali sing tenang, tur bening (yo relatif kelihatan bening lah), nek pas panas-panas khan pengine dolan ning kali. Isih jaman semono isih akeh sing nduwe prau utowo sampan. Biasane yo dienggo angkutan sing cedak-cedak utowo nyebrang kali.
Prau kuwi biso di sewo nek pas ora dienggo. Sak prahu iso nggo wong papat, sak prahu disediakke rong kolek (kolek = dayung). Donge aturanne si kudu biso nglangi ndisik sak durunge nggowo prahu, kuatire nek ono opo-opo ning tengah kali. Tur meneh wong sing wis biso nglangi jarene bedho. Nek durung biso nglangi corone munggah prau be wis wedi-wedi, dadi marakke prau dadi ora imbang utowo oleng. Bedo karo sing wis biso nglangi munggahe biso tenang dadi malah bisa nggawe prahu seimbang,ora goyang.
Kolekan kuwi soko tembung kolek=dayung, dadi kolekan yo nunggang prau sing didayung, nganggo kolek/dayung. Sak ngertiku sing sering nyewakke prau nggone ning mburi cedak SMA sing ning jalan Kartini, deke nduwe ono beberapa prau.
Rutene prau memang terbatas, paling yo sepanjang kali iku. Sepanjang aku ngalami si paling adoh nek ngidul yo tekan jembatan Sapuro Grogolan, nek ngalor yo paling adoh tekan jalan Diponegoro.
Nek arah kidul memang rodo abot, soale nentang arus. Biasane memang paling enak yo arah ngalor, soale enteng ngikuti arus. Ora mikir baline dadi abot karena nentang arus.
Ing sak wijining dino, aku karo sedulurku (kakak dan sepupu) nyewo prau nggo kolekan nggo ngisi wektu libur. Sing nunggang ono wong papat, sing ngoleki wong loro gentenan. Soko mburi SMA trus ngalor, karena mengikuti arus dadi enteng, alon-alon karo ndeleng pemandangan kiwo tengen.
Dasar musim ketigo dadi aruse ora kenceng, howone juga semilir wis pokoke marakke ngantuk. Karo ngileng-ngileng pemandangan kiwo tengen, pemandangan sing jarang tak weruhe, dari mulai rimbunan wit-witan nganti tembok-tembok sing duwur koyo benteng.
Tembok duwur sing koyo benteng kuwi jare pancen digawe margo mbiyen akeh begal rampok sing lewat kali kuwi, karena dianggep luwih aman, mergo ora ono patroli polisi. Tur biasane mburi omah khan pertahanane keamanane khan pancen kurang. Kanggone begal rampok juga gampang mlayune seandainya konangan.
Omah-omah sepanjang gambaran tekan pasar sentiling pancen temboke duwur-duwur.
Wektu iku wis tekan jalan Diponegoro, selain wektune wis awan juga pemandangan wis ora pati menarik meneh karena wis nyedaki dalan Diponegoro. Setelah rembugan sedelo trus mbalik arah menuju tempat asal, ngidul nentang arus. Memang rodo abot si tapi karena ora ndowe pilihan, satu-satunya dalan mulih yu kuwi.
Nembe mlaku kiro-kiro seprapat jaman arah mbalik, ujug-ujug ono sesuatu ning ngarep prahu ning tengah-tengah kali.. Barang kuwi mandeg biarpun keno arus kali. Mbuh sopo sing ngomong pertama aku ra pati nggatekke tiba-tiba ono sing nggembor “ ...... boyo .....”. Lha ora dikon meneh langsung do panik ra, pak mlayu ora biso mlayu, pak mundur ngko malah adoh soko ngomah, akhire dengan sekuat tenaga cepet-cepet prau dikoleki minggir. Trus podo balapan munggah ndarat.
Ono wong sing nyuci ning pinggir kali yo di gembori “ mbok ..... ono boyo mbok...”. Karepe ben ngadohi kali kuwi ben ora dicaplok boyo. Mbok-mbok sing digembori tenang tok, mbuh ora krungu mbuh opo, dikirone khan ora krungu, digembori pisan meneh “ enten boyooooo mbok...”. Si mbok mau noleh, bar kuwi neruske nyucine.
Barang mau tetep mandeg, nentang arus kali, bentuke memang koyo congor boyo. Niate si ngadohi kali ben nek dioyak boyo gampalng mlayune.
Bareng wis tekan nduwur, karena penasaran trus mengo meneh, pengine ndelok posisine “boyo” mau. Jebul bareng didelok soko nduwur nembe kethok nek barang mau jebule dudu boyo, jebule semacam bekas wit klopo sing tegak ngadek soko dasar kali. Kabeh langsung do ngguyu kemekelen. Menertawakan dirinya sendiri.
Pas mau dong mangkat khan kearah ngalor, mungkin kaline isih rodo kebak dadi wit klopo mau durung kethok, alias klelep. Tapi bareng baline, mungkin pasokan banyu soko pegunungan wis rodo kurang dadi duwur permukaan kali mau rodo mudun. Akibate yo wit klopo sing tegak nang tengah kali mau muncul, nek didelok sejajar (ora soko nduwor) persis koyo moncong boyo ......
Bar kuwi mbuh karena trauma mbuh karena kesibukan masing-masing wis ora tahu kolekan meneh.
Huuuuuh
Jakarta, 12 April 2010
SUNGAI LOJI
Satu-satunya sungai yang melewati kota Pekalongan, setahu saya hanya sungai Loji. Dimulai dari Desa Sapuro terus melewati Kauman, Kergon, Pesindon, Gambaran, sepanjang jalan Diponegoro sampai ke pantai.
Sebelum sampai pantai / ngeboom ada sungai kecil yang bermuara di Sungai Loji, yaitu kali Sepucung, ada jembatan kecil yagn cukup dikenal yaitu jembatan Sepucung, sungainya kecil juga karena posisinya sejajar dengan permukaan laut jadi tidak ada arus, hanya seperti genangan saja.
Jembatan Sepucung itu dulu terkenal angker. Karena letaknya sepi dan jauh dari perkampungan, selain itu gelap, hingga menjadikan suasana jadi tambah angker. Apalagi dihubung-hubungkan dengan ceritanya Den Ayu Lanjar (Ratu Kidulnya psisir Utara).
Jaman dahulu pemukiman keluarga memang tidak bisa jauh dari sungai. Karena memang pada dasarnya manusia tidak bisa jauh dari air atau sungai. dari mulain airnya ygn untuk kebutuhan hidup seperti memasak atau hasilnya yan gbisa dikonsumsi. Kota-kota yang dekat dengan sungai bisa jadi berasal dari sejak manusia jaman dulu sekali. paling tidak sebelumditemukannya istem irigasi yang bisa menyebarkan air ke wilayah yan glebih luas.
Kalau mism kemarau, sungai itu berwarna biru agak kehijauan, kelihatannya tenang karena memang kemiringannya yang tidak begitu miring. Beda dengan dimusim hujan, sungainya berwarna coklat, karena membawa lumpur sewatu hujan.
Sungai loji, juga bisa buat alat transportasi pertanian dari hulu. Penjual /petani bambu kalau mengirimkannya ke agen hanya menghanyutkan saja bambu itu dengan cara diikat menjadi suatu gethek, dan dikendalikan oleh satu orang yang membawa tongkat panjang.
BELAJAR BERENANG
Karena kalinya kelihatan jernih dan tenang maka menjadikan siapa saja ingin berendam apabila musim kemarau. Tanap kecuali yang mebuat cerita ini. Pada jaman kecilku belajar berenang di sungai itu, tepatnya di dekat jembatan kereta api di Jalan Kartini.
Sing-sing setelah pulang sekolah biasanya ada acara makan siang dan tidur siang. Diwaktu tidur siang inilah kondisi rumah sedang sepi, maka ada kesempatan keluar rumah melewati tembok belakang rumah. Biasanya ada anak-anak yang punya niat sama yaitu berendam di kali, atau belajar berenang. Soalnya dulu di Pekalongan belum ada kolam renang.
Sebelum berangkat biasanya ada yang membawa batang pisang yang sudah diambil buahnya, untuk belajar berenang.
Rombongan biasanya ada empat sampai delapan anak, biasanya ada yang dituakan yang bisa berenang. Jalan kaki sekitar 1 km melewati jalan jembatan kereta api.
Yang tidak bisa berenang dan tidak punya niat belajar hanya berendam saja di pinggiran kali yang dangkal. Agak ketengan kali semakin dalam sampai kedalaman maksimal sekitar 2 meteran. Di tengah-tengah kebetulan ada tonggak yang bisa buat berdiri tanpa harus berenang,jika berdiri ditonggak itu ketinggian airnya seperut. Tanggul itu posisinya hanya ornag tertentu saja yang tahu, karena tidak kelihatan dari luar, hanya bisa diraba-raba saja.
Posisi pengajar renang adalah berdiri di tonggak itu. Anak-anak gantian diajar renang, dengan cara memakai batang pisang yang sudah dibawa tersebut dari pinggir menuju ke tempat orang ditengah kali itu dengan menggunakan batang pisang. Tidak diajar cara dan metoda apapun, asal bisa maju saja sudah dianggap bisa, Setelah sampai ditengah disambut oleh anak yang ngajar renang tai dankemudian diorong lagi sampai ke pinggir, begitu gantian dan berulang-ulang.
Entah karena biasa atau karena mereka menemukangayanya sendiri-sendiri akhrinya bisa juga tuh. Dengan gaya yang tidak teratur, Asal sudah bisa nyebrang sungai bearti sudah bisa dianggap bisa.
Belajar berenang biasanya dilakukanpas musim kemarau. disaat arus air tidak kencang jadi tidak kuwatir terbawa arus sungai.
Pernah kejadian, kebetulan saya alami sendiri, sewaktu nyeberang karena baru bisa berenang, sewaktu berada ditengah tiba-tiba arusnya jadi kuat, sampai berusaha sekuat-kuatnya untuksampai keseberang. Ya memang akhirnya sampai juga ke seberang, tapikarena kuatnya arus tersebut akhirnya terseret sekitar 20 meteran dari tempat yang menjadi tujuan saya. Samai disemak-semak. ya itu kejadian yag tidak terduga, kalau hujan di pegunungan siapa yang tahu bahkan musim kemaraupun bisa juga.
MENDAYUNG
Ya namanya masih kecil, semuanya serba pengen mencoba, melihat sungai yang tenang dankelihatan bersih (menurutku waktu itu) di saat panas seperti ini penginnya sih mainnyadi deket sungai. Waktu itu memang masih banyak yang mempunyai prau kecil.
Prau tersebut biasanya disewakan apabila tidak di[akai sendiri.
Setahu saya dulu yang menyewakan prau dan mempunyai beberapa adanya di belakang SMA yang di Jalan Kartini.
Route perjalanan kalau ke arah selatansampai dengan jembatan Grogolan seddangkan kalau sampai ke Utara paling jauh sampai jalan Diponegoro.
Kalauk e arah selatan memang lebih berat mendayungnya karena menentang arus.
Suatu ketika bersama saudara, menyewa prau untk mengisi waktu libur. Kami berempat mulai rute dari belakang SMA ke arah Utara berarti mengikuti arus, jaan pelan-pelan sambil menikmati angin sepoi-sepoi dan pemandangan yang lain dari yang lain, dari muali pohon-pohon yang rimbun sampai ke bangunan-bangunan yang kadang-kadang menemukan rumah dengan tembok dinding yang sangat tinggi dan kuat.
Tembok tinggi seperti benteng itu dibuat memang untuk menghindari orang-orang jahat memasukirumahny adri belakang rumah, karena biasanya sering juga tamu yang tidak diundang lebih sering datangnya dari arah sungai karena dianggap lebih aman pbagi para penjahat, karena jarang ada patroli polisi.
Rumah dari pasar Sentiling hingga jalan Diponegoro temboknya tinggi-tinggi.
Setelah sampai sekitar jalan Diponegoro kami memutuskan untuk embali, agak berat memang kayuhan dayungnya kaena menentang arus.
Seteah perjalanan seperempat jam arah kembali, tiba-tiba ami melihat sesuatu dihadapan kami, ditengah-tengah kali, barang itu diam biarpun kena arus sungai. Entah siapa yang berterian pertama aku nggak begitu paham “ ..... bauayaaaa “. Lah langsung saja kami panik diatas prau ini, mau lari nggak bisa mau jalan mundur malah menjauhi rumah, Akhirnya dengna panik kami menepi.
Ada ibu-ibu sedang mencuci pakaian dipinggir kali itu langsung kamiteriaki “ ...... bua ada buayaaaa....” Ibu-ibu masih tenang saj mencuci pakaian. karena khawatir orang itu tidak dengar maka diteriaki lagi ibu-ibu iu dengan suara ang lebih keras “ buuuuu ...... ada buayaaaaa .....” Maksudnya agar ibu-ibu itu menjauhi pinggiran kali itu. Ibu-ibu itu menoleh sebentar tetapi dengan tenangnya terus mencuci pakaian.
Kami segera menjauhi pinggiran sungai itu memanjat kearah atas menjauhi sungai.
Setelah dari atas dari posisi agak atas, kami baru melihat dengan jelas benda yang kami kira buaya itu, dari atas kelihatan bahwa benda itu adalah sebatang kau atau tonggak yang tegak tertanam di tengah sungai. Memang dari arah yang sejajar nampak seperti moncong buaya.
Pada waktu berangkat memang air sungai relatif lebih sehingga batang kayu yang seperti buaya itu tenggelam, Setelahkembali kebetulan air agak menyusu lebih rendah jadi kayu itu muncul, persisi seperti moncong buaya.
Setelah peristiwa itu, entah karena trauma atau karena kesibukan atau kaena apa kai sudah tidak pernah mendayung lagi.
Huh
jakarta 12 April 2010
Langganan:
Postingan (Atom)